"Bunda, ijinkan kakak berangkat ya bun. Doakan kakak semoga semuanya diberikan kelancaran" pelukan Salsa dan Nina membuat haru keduanya bahkan adik Salsa yang ikut mengantar pula
"Kak terima kasih sudah mau berkorban waktu, tenaga untuk bunda dan Billa. Terima kasih kakak sudah mengusahakan yang terbaik untuk Billa. Terima kasih atas semuanya nak. Bunda doakan kakak sehat, kakak dimudahkan dan dilancarkan segalanya bahkan apapun yang kakak lakukan untuk bunda dan Billa dihitung kebaikan oleh Allah ya nak" keduanya saling menghapus air mata dan Nina mengecup lembut pipi anaknya. Tanpa sadar di belakang Nina ada Billa yang menutup mukanya karena menangis tersedu sedu.
"Sayaaangg sini peluk kakak" suara Salsa membuat Billa semakin menangis tersedu dan memeluk kakaknya dengan erat
"Kakak maafkan Billa merepotkan, kakak maafkan Billa nyusahin kakak, bikin capek kakak, maafkan Billa kak. Kalo Billa bisa putar waktu Billa ga akan kuliah di situ kak. Gara gara Billa kakak harus mati matian kerja untuk memenuhi kuliah Billa" tangisnya semakin pecah saat ini
"Eeee siapa yang suruh ngomong gitu, Billa gak boleh merasa bersalah gitu ah. Balik lagi ini adalah kewajiban kakak jangan sampe buat Billa terbebani ya" usapan terus Salsa berikan pada adiknya
"Kakak berangkat ya... jaga bunda, kakak titipkan bunda ke Billa, semoga kita bisa bareng bareng lagi ya sayang" adiknya hanya mengangguk dan melepaskan pelukan dari kakaknya. Salsa pamit pada keduanya untuk masuk ke Stasiun karena kereta akan segera datang.
Hari ini adalah hari yang paling ditakutkan Salsa karena dia tidak tau akan berapa lama sebelum dia bisa pulang kembali mengunjungi bunda dan adiknya.
Kereta membawanya pergi untuk menuju ke perantauan.Pukul 7 malam Salsa sampai di stasiun. Seperti perjanjian di awal Salsa akan di jemput oleh driver kantor untuk mengantarnya ke apartemen.
Salsa menghampiri bapak-bapak yang usianya persis seperti ayahnya sedang membawa papan bertuliskan namanya.
"Selamat malam pak saya Salsa, mohon maaf telah menunggu lama" Salsa menjabat tangan driver yang reflek menurunkan papan nama tersebut"Selamat malam bu Salsa, saya Wahid. Mari bu" pak Wahid menunjukkan jalan pada Salsa untuk menuju mobil.
Perjalanan menuju parkiran diisi dengan bercengkrama mengenai keseharian Salsa dan pak Wahid."Bu Salsa permisi kuncinya, untuk kamar ibu di unit 808"
"Terima kasih atas bantuannya pak Wahid"
"Dengan senang hati bu, jika ada kendala atau sesuatu bisa telfon saya ya bu berikut nomor ponsel saya" pak Wahid menyerahkan secarik kertas berisikan nomor ponselnya
"Baik pak Wahid, hati hati pak" pak Wahid hanya mengangguk dan berpamitan.
Saat ini Salsa tengah berada di lobby sebuah apartemen mewah dan megah menurutnya. Dia terus mengawasi fasilitas yang disediakan di sekelilingnya.
'Gila gue tau pasti ini kemauan Rony, mana ada karyawan biasa seperti gue dapet fasilitas super berkelas kaya gini' gumamnya dalam hati.
Tidak lama ia menarik kopernya dan masuk ke dalam lift.
'Oke unit 808. Bismillah' sambil menempelkan key card dan mulai mendorong perlahan pintu kamarnya.
"Assalamualaikum" Salsa segera masuk dan mengecek semua area bahkan di daerah dapur pun tidak lupa ia cek
'Ishhhh seriusan ga sih ini, gue nih karyawan biasa yaaa setara bawahan lah tapi gue dapet fasilitas yang gila kaya gini. Mana kulkas udah diisi, meja makan udah ada buah sama nasi padang' dia terus menggerutu karena fasilitas yang ia dapatkan sungguh tidak main main.
'Gimana gue harus berterima kasih sama Rony kalo cara dia kaya gini' gumamnya
Salma merapikan semua barang barangnya dan segera menyantap nasi padang yang sudah di sediakan.Di sisi lain ada Rony yang mendengar suara pintu unit di depannya telah di tutup, itu artinya Salsa sudah ada di dalam kamarnya. Yaa Rony memang tinggal di unit 815 tepat di depan kamar Salsa.
Rony terjaga sampai malam karena ia sedang mengerjakan laporan yang belum sempat ia kerjakan tadi pagi. Rony sedikit gusar pasalnya unit depannya belum juga mengunci pintu sedari ia masuk. Meskipun semua akses pintu menggunakan key card namun semua orang pasti menambah kunci ganda agar semakin aman.
'Haduuuh kebiasaan nih anak pasti langsung tidur lupa kunci kamar, gua harus gimana ya apa gue ke depan aja atau gue telfon aja biar di kunci dulu pintunya' gumam nya sambil bolak balik mengintip pintu Salsa dari lubang intip yang ada di pintunya.'Halo bu Norma maaf mengganggu malam-malam, bisa dibantu telfon Salsa agar mengunci pintu kamarnya' satu satunya orang yang punya nomor Salsa dan bisa membantunya adalah Norma.
Betul saja tidak lama setelah menelfon Norma tiba tiba terdengar bunyi kuncian pintu dari sebrang kamarnya.'Naaahhh' ia merubah posisi dari berdiri mengintip di pintu menjadi duduk dengan tenang dan melanjutkan kembali pekerjaannya.
——
Hari ini adalah hari pertama Salsa mulai kerja. Saat ini ia sangat tergopoh gopoh pasalnya lagi-lagi ia terlambat bangun. Apartemen yang ia tinggali tidak jauh dari kantor bahkan bisa dibilang dengan berjalan kaki saja ia sudah sampai. Ia terus berlari sembari memasang tali belakang heelsnya."Selamat pagi mbak maaf saya ingin bertemu dengan bu Norma, nama saya Salsa" ucapnya saat berada di lobby dengan nafas yang memburu karena berlari
"Maaf bu Salsa untuk ibu Norma sudah pergi 15 menit yang lalu, beliau menitip pesan jika bu Salsa datang bisa langsung masuk ke ruangan pak dirut"
"Baik mbak bisa dibantu tunjukkan jalannya" basa basi yang sangat basi pikirnya, karena secara tidak langsung ia sudah tau ruangannya dimana tapi tidak enak saja kalau langsung kesana. Dania mengantarkan Salsa menaiki lift menuju ruangan direktur.
Sampai didepan ruangan hati Salsa sungguh tidak tenang, ia yakin pasti Rony akan marah karena hari pertamanya kerja malah terlambat.
"Ehmm.. Selamat pagi pak mohon maaf saya terlambat" ia membuka pintu dan masuk perlahan"Memangnya HRD saya tidak menyampaikan ya karyawan disini masuk jam berapa?" pertanyaan itu membuat Salsa gelagapan untuk menjawab
"Mohon maaf pak ini kesalahan saya, saya kesiangan bangun"
"Mau kamu baru bangun, mau kamu baru terbang, mau kamu baru merangkak perusahaan tidak peduli yang pasti selama kamu kerja di sini kamu harus mematuhi peraturan yang ada disini" omelan Rony yang dingin membuat Salsa sedikit panik
"Baik pak" ucapnya yang tidak digubris oleh Rony sedikitpun. Bahkan Rony terus memandang laptopnya tanpa peduli ada Salsa di depannya
"Pak apakah saya boleh duduk?" dia bahkan belum di persilakan duduk sedari dirinya datang. Rony hanya mengangguk tanpa menatap Salsa sedikitpun
"Pak saya tadi lari dari apartemen ke kantor, saya ijin minta minum di dispenser bapak boleh?"
"Hem" Rony hanya menjawab singkat saja. Salsa berjalan memunggungi Rony karena tempat dispenser ada sedikit ujung dari tempatnya duduk saat ini.
"Pak maaf saya boleh pinjam gelas, saya lupa bawa botol minum" ucapnya seraya membalikkan badan.
Rony hanya mengulurkan tumblernya untuk Salsa tanpa berbicara apapun. Salsa langsung mengambil botol minum tersebut dan duduk di depan Rony. Ia meminum sebagian air yang ada di botol itu tanpa sadar Rony tengah memperhatikannya."Besok cuci dan balikin botol minum saya disini" Ia menunjuk meja didepannya
Salsa masih diam karena ia malu tanpa sadar dia meminum di botol bekas Rony. Ia hanya memanyunkan bibirnya sambil beranjak dan duduk di meja yang berada tidak jauh dari Rony
"Pasti saya duduk di sini kan" ucap Salsa sambil membuka laptop didepannya
"Kalo meja lo disini gimana? Sok tau banget tiba tiba duduk gak tanya gue dulu"
"Emang gue mau lo pangku duduk disitu" jawab Salsa sedikit nyolot
"Sssttt bahasanya" reflek bibir Rony sedikit manyun mendengar jawaban Salsa
"Ya kamu yang duluan, eh bapak maksudnya" Salsa tertunduk mengalihkan wajahnya agar sedikit tertutup oleh laptop didepannya.
✨✨
Selamat menikmati malam minggu ..
Jangan lupa vote ya biar bisa semangat buat lanjut up lagi 🫶🏻