Tepat 3 bulan ia bertahan dengan kesendiriannya. Menikmati sisa tenaga yang selalu terkuras untuk mengurus putri kecilnya.
Selama pelariannya ia hanya mengandalkan uang yang ada di tabungan.'Apa gue balik aja ke Jogja ya Nop?' tanya Salsa pada Novia
'Lo butuh duit berapa sih?' Novia terheran karena wanita itu terlalu menutup diri darinya
'Disini tuh yang mahal biaya hidupnya apalagi sewa apart juga kan, kalo buat makan gue sih cukup-cukup aja'
'Pulang Jogja oke juga' jawab Novia
'Ga enak gue tar dikira janda soalnya suaminya nggak pernah keliatan' suara tertawa Salsa menggema membuat anaknya menangis
'Eh Ara nangis nanti lanjut lagi ya' Salsa lalu memutus telfonnya.Salsa mencoba menyusui anaknya agar Ara lebih tenang. Bayi itu terkejut dengan suara berisik Salsa.
Saat sudah tenang ia melanjutkan membuka ponselnya.
Menghubungi seseorang yang ia namakan 'Papa Ara' di kontaknya.'Udah tidur ya?' tanya Salsa saat panggilannya telah diterima
'Belum, nunggu kamu telfon' ucapnya dari sebrang sana
'Tadi habis telfon sama Novia'
'Ngobrolin apa?'
'Rahasia perempuan, nggak perlu tau' jawab Salsa singkat
Sampai larut malam pun percakapan mereka belum usai. Menceritakan hal baru yang Salsa temui dari Ara karena sudah 2 minggu ini Paul tidak mengunjunginya. Mungkin sedang sibuk.
——
Di lain tempat ada lelaki yang sudah bisa bangkit dari keterpurukan 4 bulan lamanya.
Kini ia sudah bisa masuk ke kantor. Mengerjakan apa yang sudah ia tinggalkan. Selama 4 bulan Rony tidak berada di kantor, papanya lah yang mengambil alih seluruh pekerjaan Rony."Pagi pah" ucap lelaki itu
"Pagi Ron, gimana udah siap?" tanya papanya saat Rony telah duduk di meja kerjanya
"Siap, berkasnya sudah dibawa Luna" ucap Rony
"Hari ini nggak perlu ikut meeting dulu Ron, kamu pelajari dulu materinya biar paham" Rony mengangguk dengan penuturan Roy
Hari ini adalah meeting kerjasama yang sudah berjalan 3 bulan. Dan selama 3 bulan pula Rony tidak mengikuti meeting tersebut. Rambutnya kini mulai panjang karena ia enggan untuk memangkasnya. Tubuhnya terlihat sedikit kurus beda dari beberapa bulan sebelumnnya. Bawah matahya terlihat menghitam. Mungkin kali ini ia sudah berani menata hatinya kembali agar tidak berlarut dalam kekalutan.
"Weeehhh welcome bro" ucap Paul yang kini masuk ke dalam ruangan Rony
"Elaahh lu baru ketemu gue seminggu lalu gausah lebay" ucap Rony ogah berjabat tangan
"Ya gue seneng bos gue udah mulai menampakkan batang hidungnya. Udah move on lo?" sindir sahabatnya
"Move on atau nggak nya bukan urusan lo. Yang lo urus proyek Singapore bukan Salsa" ucap Rony
"Maksud lo?" seperti orang yang kaget wajah Paul tidak dapat menyembunyikannya
"Ya kan lo beberapa bulan ini urus proyek Singapore kan, jadi lo nggak perlu urusin gue udah move on atau belum" Rony menjelaskan tanpa melihat Paul
"Oooo iya paham gue" jawabnya singkat.
Rony sedikit canggung dengan semua pekerjaan yang ia dapati hari ini. Membaca semua berkas yang sudah mendapatkan persetujuan dari pihak yang sudah menandatangani kontraknya.
Hari ini ia hanya di kantor sampai jam makan siang, memutuskan pulang ke apartemen setelah 4 bulan meninggalkan kediamannya.
Saat dirinya membuka pintu semua kenangan tentang Salsa terekam jelas disana. Saat wanita itu memasak, berolah raga, bercanda dengannya, bahkan saat wanita itu menangis. Semua terasa nyata dihadapannya. Itulah mengapa dirinya tidak ingin pulang ke apartemen.