POV Salsa 2 hari lalu
Tepat pukul 5 sore ia sampai di bandara. Singapore terasa asing untuknya.
Kini Salsa masih menunggu Paul karena pria itu sedang mengurus dokumen serta kopernya.Tidak lama Paul datang, membawa 2 koper besar yang sudah Salsa siapkan.
"Powl aku pengen itu" Salsa menunjuk roti coklat yang aromanya memang tidak bisa menipu hidungnya
"Oke tunggu sini ya" Paul pergi untuk membelikan Salsa roti coklat keinginannya. Mungkin wanita itu sudah terbiasa meminta pada suaminya jadi ia pun tidak ingat jika sekarang bersama Paul bukan suaminya.
"Lo mau makan dulu atau dibawa ke apart" ucap Paul yang kini menyodorkan roti coklat untuk Salsa
"Boleh makan dulu ya bentar aja" ucapnya dan mendapat anggukan dari Paul.
Perutnya sangat lapar, terakhir makan hanya di cafe Novia itupun bukan makanan berat karena pikirnya setelah sampai apart ia bisa langsung makan sup ayam buatannya."Sal perlu gue beliin nomor baru buat ponsel lo?" tanya Paul disela hening keduanya karena Salsa tengah makan. Namun wanita itu hanya menggeleng
"Lo percaya sama gue kan?" tanya Paul lagi dan menatap kaca mata hitam seraya ingin menatap netra wanita itu namun hanya pantulan wajahnya yang terlihat kini. Lagi-lagi wanita itu hanya mengangguk memberi isyarat.
——
20 menit keduanya berada di bandara, kini mereka sudah sampai di apartemen.
Salsa mengitari semua apartemen, menyentuh barang yang ada disana. Air matanya tiba-tiba turun entah mengapa.
Bagaimana aku bisa lupa kalau setiap sudut ruangan berisikan tentang kenangan kita. Gumamnya dalam hati"Kopernya gue masukin kamar yang mana" ucap Paul memecah lamunan Salsa. Dengan sigap wanita itu menyeka air mata yang masih tersisa
"Udah disini aja nanti aku beresin"
"Powl terima kasih banget-banget ya udah mau bantu" Entahlah kenapa air matanya sulit untuk ditahan"Sini biar lo lebih tenang" ucap Paul memeluk Salsa. Salsa menangis tanpa bersuara. Ada ya orang baik yang belum lama ia kenal tapi mau membantunya sampai seperti sekarang.
"Sa gue tau ini bakal menjadi hari berat buat lo. Gue mohon lo bertahan demi nyawa yang ada di perut lo. Lo harus sehat, lo harus kuat bukan demi siapapun tapi demi bayi lo. Jangan sedih lagi gue bakal terus bantu lo sebisa gue tapi lo juga harus janji kalo lo gak bakal pergi dari sini sampe lo lahiran" ucap Paul yang membuat tangisan Salsa semakin pecah
Paul terus mengusap punggung Salsa dan membiarkan wanita itu menumpahkan segala amarahnya.
"Lo jangan pindah-pindah disini aja sampe lo lahiran" ucap Paul yang hanya mendapat anggukan dari Salsa
——
Malam ini Paul akan tidur di apartemen Salsa karena penerbangannya baru ada besok pagi. Apartemen yang lumayan luas itu tersedia 3 kamar di dalamnya.
Salsa dan Paul kini menikmati makan malam tidak jauh dari tempat mereka. Banyak cerita yang membuat keduanya lupa waktu.
Setelah selesai makan malam Salsa meminta Paul untuk mengantarnya sebelum mereka akhirnya kembali ke apartemen."Lo mau beli HP baru?" tanya Paul saat mereka sudah sampai di sana
"Iya, nih HP udah nggak bisa lagi udah lemot" ucap Salsa mengalihkan
"Bilang aja lo mau hilang jejak" jawab Paul yang kini duduk untuk menunggu wanita itu memilih ponsel yang ia inginkan
"Perlu pake card gue nggak?" tanya Paul setelah Salsa sudah ada di kasir
"Nggak perlu" Salsa menampilkan senyuman manisnya
——
Jam 11 malam keduanya sudah sampai di apartemen. Salsa sudah lebih dulu pamit untuk beristirahat.
Ponsel lamanya sudah ia non aktifkan dan sekarang diganti dengan ponsel barunya.
