56

3K 232 26
                                    

Hari ini mendung merata sedari pagi. Rasanya matahari enggan untuk menampakkan dirinya seperti halnya Salsa yang hanya merebahkan tubuhnya karena tidak ada kegiatan. Sebatas menemani Ara bermain bukan hal yang melelahkan menurutnya.
Ini adalah hari ke tiga suaminya tidak berada di rumah. Masih belum ada tanda yang mencurigakan karena tiga hari lalu Salsa menghubungi Vanda namun ternyata Rony tidak di kantor melainkan meeting di luar.

Gemericik air mulai turun membasahi atap rumahnya seakan menyuruhnya untuk masuk kedalam selimut. Bersamaan dengan terpejamnya mata wanita itu karena mengantuk, ponselnya berdering. Panggilan itu dari suaminya.

'Ya sayang' ucap Salsa yang masih memejamkan mata

'Anakku mana' ucap Rony yang masih sibuk dengan laptop di depannya sedangkan Salsa sudah dongkol, Rony baru saja memberinya kabar namun yang di tanya malah anaknya.

'Nih' Salsa menghadapkan kamera pada putrinya yang sedang tidur. Menyangga ponselnya menggunakan guling agar tidak jatuh.

'Yah tidur ya. Padahal papi kangen' ucap Rony yang tidak mendapatkan jawaban dari Salsa

Salsa hanya mendengar aktifitas yang dilakukan Rony tanpa melihat sedang apa dia. Hanya suara kertas yang dibuka, papan ketik yang berbunyi, dan langkah kaki yang diperkirakan lawan bicaranya memakai hak tinggi berukuran tujuh senti.
Salsa terbelalak ingin menguping pembicaraan keduanya namun terdengar sangat lirih.

'Baik pak Rony nanti saya tunggu di unit 305' kira-kira itu adalah akhir perbincangan keduanya. Matanya membulat. Unit apa yang mereka katakan. Tidak mungkin jika itu di kantor, Rony adalah bos nya dan tidak ada lagi bos selain dia kecuali papa mertuanya. Lalu wanita itu kenapa lancang menyuruh Rony mendatanginya di unit tersebut. Gila ini ada apa.

'Ca kamu tidur?' tanya Rony karena ponsel Salsa hanya menampakkan wajah Ara

'Hm aku kebangun gara-gara kamu panggil' Salsa masih tidak mengarahkan ponselnya

'Oke. Nanti aku hubungi kamu lagi ya. Masih ada kerjaan'

'Oke' Salsa tidak menanggapi lagi sampai panggilannya terputus. Kerjaan apa sih yang mengharuskan ke unit 305 itu.
Bergegas dirinya menghubungi Vanda. Entahlah Vanda akan membantunya atau tidak itu urusan terakhir yang terpenting ia berusaha dulu.

Hari semakin sore bahkan Vanda belum menghubunginya perihal unit 305 yang di ucapkan wanita entah siapa itu. Salsa uring-uringan karena tidak ada yang bisa ia hubungi lagi.
Sore ini mertuanya datang ke rumah untuk menemaninya karena permintaan Rony agar Salsa tidak sendiri.

"Main yuk ke mall gitu Ca sekalian papa mau cek kesana" ucap Sheila saat keduanya bersantai di taman belakang.

"Mah kita susulin Rony gimana? Mau nggak?" ucap Salsa seketika membuat mertuanya mengerutkan dahinya

"Kenapa memang? Ada masalah?" ucap Sheila heran karena dengan tiba-tiba Salsa mengajaknya padahal wanita itu paling malas jika harus perjalanan jauh.

"Mah Rony kayanya ada cewe lain deh disana. Dia nggak peduli sama Caca. Tiap telfon cuma Ara yang ditanya" ucap Salsa yang sudah menatap lekat wanita di sampingnya. Salsa dan Sheila memiliki kedekatan yang sangat baik bahkan lebih dekat dari Rony dan Sheila. Semua sudah berbalik sekarang karena adanya Ara di tengah keluarga Dharma.

"Memang kamu yakin Rony ada wanita lain? tau dari mana Ca?" Sheila dengan antusias menanyakan perihal kebenaran itu. Salsa sudah menceritakan runtutan kejadian tanpa sungkan meskipun Sheila adalah orang tua kandung dari Rony.
Ah entahlah mengapa sangat runyam sekali pikirannya.

"Mau nyusul nggak? Eh pah Caca mau nyusul Rony" ucapan Sheila terjeda karena melihat suaminya keluar.
Sheila menjelaskan perkara yang Salsa rasakan dengan detail sedangkan Roy hanya mengangguk paham.
Sebetulnya perkara rumah tangga tidak perlu orang tua sampai tau. Namun Salsa sudah kepalang bingung harus meminta bantuan pada siapa karena ia tidak mungkin berangkat seorang diri ke sana. Ia belum hafal dan belum seberani itu untuk pergi sendiri.

Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang