Pukul 9 pagi Paul sudah berada di ruangannya. Membuka berkas yang telah ia tinggalkan selama 3 hari di kantornya.
Tidak lama seseorang datang dan duduk si sofa tidak jauh dari meja kerja lelaki itu.
Ya Rony dengan wajah dingin berhasil membuat seisi ruangan serasa mencekam."Lo kemarin lagi ngurus apa di Singapore?" tanya Rony dingin
"Lagi ngurus ijin yang lo minta" jawab Paul
"Gue tanya orang kantor nggak ada lo dan Vanda ke kantor hari itu. Lo kemana?" tanya Rony kembali
"Kan ngurus ijinnya nggak mesti harus ke kantor dulu. Bahkan beda lokasi bro ngurusnya" jawab Paul
"Iya gue tau beda lokasi, sampe nyuruh Vanda ngurus anak bayi ya?" Rony tersenyum kecut
Memang saat Vanda mengurus Ara, Rony menghubunginya mengapa dirinya tidak memberikan laporan apapun selama di Singapore namun Vanda tidak bisa menjawab.
Ia diminta Rony memfotokan sekelilingnya namun yang didapat malah Vanda sedang berada di apartemen menimang bayi perempuan."Siapa Ara?" tanya Rony membuat Paul kaget
"Ara siapa?" Paul tidak menjawab malah balik bertanya
"Siapa Ara? kenapa lo bisa sembunyiin ini semua dari gue" emosi Rony memuncak
"Gue tanya siapa Ara" Rony menghampiri Paul menarik kerah bajunya lalu memukul pipi lelaki itu berkali kali
"Ron tunggu" Paul mencoba menghindari Rony
"Gue tanya siapa Ara. Kenapa lo bisa disana. Kenapa lo bisa pergi sama istri gue. Siapa Ara?" Mata Rony sudah berair. Wajahnya merah padam.
"Lo udah gue anggap keluarga Powl dan lo tega ngelakuin ini. Gue memang berengsek tapi gue nggak se bajingan lo" Rony melepas cengkraman baju Paul dan mendudukan dirinya di sofa."Gue udah hampir gila, gue udah hampir mati, gue udah kehilangan arah tapi lo malah sembunyiin ini semua dari gue. Nggak pernah Powl keinginan lo nggak gue penuhi. Semua yang lo minta gue selalu oke. Semua yang lo ingin gue penuhi tapi apa?"
"Lo cinta sama istri gue? lo mau ambil dia dari gue? Jawab bajingan jangan diem aja mulut lo" belum juga menunggu jawaban dari Paul, Rony terus mencecarnya. Air matanya sudah turun, nafasnya sangat memburu.Paul yang sedari tadi banyak diamnya kini ia mengeluarkan suara, membuka berangkas yang ia kunci rapat. Lelaki itu mengambil sebuah album entah foto siapa didalamnya.
Menyerahkan pada Rony agar lelaki itu melihat isinya."Lo bisa lihat, semua jawaban ada disini" ucap Paul dengan terus mengusap rahangnya yang nyeri karena pukulan yang Rony beri.
Rony mulai membuka lembar demi lembar dari album yang diberikan Paul. Air matanya menetes seperti ia tidak menyangka telah melewatkan banyak hal.
"Aurorae Sea Althea Parulian" Rony menyebutkan nama itu dengan air mata yang tidak berhenti menetes.
Bagaimana tidak, sebenci apapun Salsa pada Rony ia masih sanggup menyisipkan namanya pada anak perempuan mereka.Banyak gambar yang membuat pria itu sedih dan hancur. Foto saat Salsa pertama kali di bandara ketika pelariannya. Foto saat wanita itu berberes apartemen barunya. Foto saat Salsa pertama kali masuk rumah sakit untuk melahirkan. Foto bayi perempuannya. Semua tidak luput dari jepretan Paul.
Paul mencetaknya karena ia merasa Rony harus tau semua meskipun dia tidak pernah ada di waktu itu."Salsa dimana?" tanya Rony saat ia membuka foto Salsa dan Ara saat duduk di sofa apartemen dengan senyuman manis menghiasi wajah wanita itu
"Di halaman paling belakang, jawabannya" jawab Paul
Rony bergegas menuju halaman belakang tanpa membuka halaman sebelumnya.
"Singapore" ia mengkerutkan dahi nya untuk mengingat alamat yang kini Salsa bertempat tinggal.
