58

2.3K 202 6
                                    

Seperti tidak terjadi apapun pada rumah tangganya. Rony menceritakan semua hal yang terjadi semua murni akalannya saja. Malam ini seperti yang Rony janjikan. Mengajak istri serta anaknya makan malam romantis di hotel bintang lima.
Hidangan pembuka sampai penutup tidak ada yang gagal. Semua membuat Salsa terpukau.

"Sayang. Tau nggak" ucap Salsa ditengah santapan penutupnya

Sayang? Jarang sekali istrinya memanggil dengan kata itu.

"Hm" Rony sudah menatap lekat istri di hadapannya

"Ini es krim pertamaku setelah melahirkan. Eh bukan. Setelah kamu marahi aku katanya egois nggak mikirin adik bayi" Salsa menyuap satu sendok es krim coklatnya

"Hem? ini serius atau kamu lagi becanda?" ucap Rony dengan wajah tidak yakin

"Ih serius aku lagi serius. Anehnya aku nggak pernah kepikiran es krim lagi setelahnya" ucap Salsa menyuapkan es krimnya

"Mau nggak?" Salsa menyodorkan sesuap es krim pada suaminya

"Aku mau itu" ucap Rony yang berdiri menarik dagu Salsa

"Aak dulu" Rony menyuruhnya untuk menyuapkan sesendok itu ke mulutnya. Dengan tiba-tiba Rony melumat bibir istrinya dan merasakan manis dari es krim yang sudah Salsa telan. Iya sudah di telan hanya terasa manis dari bibir wanitanya.
Tanpa malu meski hanya sepersekian detik. Untung mereka di private room yang memang di sewa untuk mereka.

"Apasih dasar makin tua makin jail" ucap Salsa tersipu

"Apasih dasar makin tua makin enak" jawab Rony mengusap bibir ranum istrinya

"Nggak ada malunya dilihat adik bayi" Salsa kini menggendong Ara untuk ia pangku dan menggeret kursinya di dekat Rony.

"Adik bayi. Tau nggak nak ini papi Ara adalah orang hebat. Manusia super kalau mami bilangnya" Rony kaget dengan apa yang Salsa katakan. Dirinya berkesiap menyerongkan duduknya untuk mempertemukan pandangan keduanya.

"Nah manusia hebat seperti papi harusnya nggak bersanding sama mami ya, tapi papimu ini bebal banget nak gak tau kenapa. Tapi mami sangat sayang sama papi. Suatu saat nanti kalau adik bayi sudah besar akan tau betapa besarnya rasa sayang papi ke kita. Jadiii ayoo ucapkan terima kasih ke papi bersama-sama" Salsa mendekatkan diri serta anaknya agar bisa menjangkau pelukan dari Rony

"Terima kasih papi sayang" Rony berusaha menyembunyikan air mata yang hampir turun dari pelupuknya itu.
Ia bukan manusia baik. Bukan pula suami baik tapi dari pujian Salsa ia yakin istrinya tidak berbohong.

"Aku sayang kamu Ca. Terima kasih sudah mau ada sampai di titik ini dan masih bersamaku. Selamat ualng tahun sayang. Ada kado buat kamu. Semoga ini bisa bantu buat centang wishlist kamu ya" Rony menyerahkan kotak berwarna keemasan itu.
Bukan kotak cincin atau gelang seperti yang mama mertuanya beri. Ada Pita kecil diatasnya yang memberi kesan manis pada tampilannya.

"Wishlist? Wishlist aku banyak Ron. Ini yang nomor berapa ya" Salsa mengetuk dagunya seraya berpikir.
Rony hanya tersenyum melihat tingkah istrinya. Wishlist istrinya memang sungguh banyak. Entah hal random pula di masukkan pada wishlist nya. Seperti pernah Rony jumpai di nomor kesekian di urutan bawah 'bisa punya uang seperti Hotman Paris'. Tulisan itu cukup membuat Rony tertawa. Sekaya apa sih Hotman Paris sampai istrinya memasukkan itu pada wishlist nya.
Salsa membuka pita yang tersemat rapi dengan sangat hati-hati.
Sebuah kunci terlihat ketika kotak itu dibuka dan  memunculkan isi di dalamnya. Kunci? sepertinya kunci rumah. Kunci rumah? Salsa menutup mulutnya menggunakan tangan bahkan sebelum itu Rony sudah meraih Ara agar duduk di pangkuannya.

Salsa mengambil sebuah surat yang dipastikan ditulis sendiri oleh suaminya, karena ia paham detail dari goresannya.

Selamat ulang tahun sayang
Kamu masih muda banget ya ternyata, 27 tahun tapi terasa seperti 17 tahun. Cantik. Masih sangat cantik.

Sayang semoga aku bisa mewujudkan semua centangan yang ada di buku wishlist kamu. Satu persatu berusaha aku bantu untuk wujudkan meski kadang aneh banget.

Ini salah satunya kalau aku tidak salah baca,
'Pindah ke bogor berdua dengan papi anak-anak. rumah yang asri, banyak pohon, taman yang luas, udara yang segar. Menikmati hari tua berdua dan menunggu anak-anak pulang untuk berkunjung'

Semoga kamu suka ya.
Nanti kita pindah ke bogor kalau adik bayi sudah menikah. Sudah punya pasangan. Dan juga adik-adiknya sudah bisa berdiri di kakinya sendiri. Jadi selama itu tolong kamu tetap disini ya buat bareng sama aku.

Saat ini kamu pasti lagi senyum-senyum kan. Atau kamu lagi usap usap mata karena terharu.
Ah nggak mungkin. Kamu tuh gengsian. Suka sembunyiin dari aku. Tapi aku tau kamu pasti bahagia.

Aku sayang kamu dan anak aku itu si adik bayi.
Bisikin ke dia ya, dia cinta pertama aku sampai kapanpun. Karena dialah tempat belajar pertamaku bagaimana menjadi ayah.

With love,
Papi (anak-anak)

"Papi anak-anak?" tanya Salsa menyeka air matanya

"Iya papi Ara dan adik adiknya nanti" Rony tersenyum mengusap pucuk kepala Salsa

"Terima kasih ya papi. Aku suka kadonya" Salsa berhambur memeluk suaminya. Isakan itu muncul entah mengapa.

"Tenang aja nanti kalau kamu sudah siap baru kita punya anak lagi" ucap Rony mengusap punggung Salsa

"Terima kasih udah mau ngerti" Salsa mencium lembut pipi suaminya.

——
Hari ini setelah perayaan ulang tahun Salsa dua minggu lalu keduanya pergi ke Bogor. Selain karena Rony mengambil cuti dirinya ingin menunjukkan rumah impian Salsa.

Dengan halaman depan yang luas. Banyak pohon yang menghiasi meski masih belum serindang yang di bayangkan Salsa. Ya rumah ini baru jadi, tidak mungkin pohonnya sudah besar menjulang tinggi bukan.
Ia membayangkan bagaimana anak cucunya berlarian di taman yang telah ia rawat. Bermain sepedah bahkan mandi menggunakan selang air saat opa nya mencuci mobil. Ahhh air mata Salsa tiba-tiba turun. Membayangkannya saja ia belum mampu. Apalagi harus secepat itu ditinggalkan anaknya untuk memilih jalan kehidupannya.
Masih terlalu jauh memang. Ara saja masih belum genap setahun jadi masih banyak waktu untuk mereka habiskan bersama.

"Kenapa?" tanya Rony yang mengeluarkan koper dari bagasi mobil

"Bayangin cucu aku berlarian disini" Salsa menunjuk taman yang masih sedikit gersang. Rony mengerutkan dahinya seakan bertanya kenapa istrinya sudah membayangkan sejauh itu.

"Lucu banget sih. Itu masih jauh sayang terlalu jauh. Punya anak lebih dari dua adalah impianku karena aku hidup sendirian selama ini. Tidak banyak yang bisa aku ceritakan karena aku tidak memiliki teman untuk bercerita. Keluarga Dharma perlu pewaris. Saham itu, pelabuhan, mall, perusahaan tidak mungkin aku yang pegang sendirian. Semua pasti akan dipegang oleh anakku kelak" ucap Rony merangkul istrinya untuk masuk ke dalam. Salsa hanya mengangguk

"Kalau suatu saat anak kamu nggak mau dan pilih membangun bisnisnya sendiri?" Salsa sudah duduk di taman belakang. Belum banyak perabotan yang diisi bahkan bau cat nya pun masih belum pudar.

"Aku nggak pernah melarang apapun yang anak aku lakukan. Mau di support seperti apa pun aku bakal maju paling depan. Asalkan, harus di garis bawahi. Semua dilakukan dengan sungguh-sungguh bukan karena pengen atau tren aja" Rony membuka botol minum yang Salsa bawa. Meneguk es kopi buatan Salsa.

"Noted. Kalo aku yang masuk ke kantor gimana? Aku juga kan bagian dari keluarga Dharma" tanya Salsa

"Ibu anak aku nggak boleh kerja. Cukup dirumah pakai baju seksi tunggu aku pulang" jawab Rony dengan nada sensual

"Akal akalan kamu kalo yang ini" jawab Salsa membuang muka

"Kamu butuh mbak buat bantu jaga adik bayi sayang. Dia udah mulai besar. Udah mulai gerak sana sini"

Selama ini Salsa masih mengurus semua kebutuhan mereka sendiri. Lebih tepatnya belum butuh untuk saat ini, entah jika ia hamil lagi nanti.
Hamil. Bulu kuduk Salsa berdiri karena ngilu dengan pikirannya sendiri.

"Iya nanti cari yang terbaik buat bantu jaga adik bayi" jawabnya

✨✨

Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang