Pagi ini keduanya bersiap untuk pergi ke bandara. Jadwal penerbangan mereka masih jam 10 pagi namun jam 5 pagi mereka sudah mulai berangkat ke bandara.
"Pagi bener sih Ron masih cape semua badannya" ucap Salsa yang kini membetulkan sandaran kursinya
"Yaudah kamu di apart aja" ucap Rony ketus
"Yaudah balik aja kalo gitu biar aku di apart" Salsa yang semula besandar kini menegakkan badannya namun keheningan menyelimuti keduanya sampai mereka di bandara.
Rony membawakan koper Salsa karena ia tidak tega jika Salsa mendorong kopernya sendirian.
"Ayo kamu sarapan dulu" ucap Rony mengajak istrinya karena keduanya belum sempat sarapan di apart
"Nggak mau" ucap Salsa tanpa melihat suaminya namun Rony kali ini tidak membujuk istrinya.
——
Perjalanan mereka membutuhkan waktu hampir 2 jam lamanya. Ketika sampai di Singapore keduanya langsung menuju apart yang telah Rony beli. Keduanya masih perang dingin saat ini entah siapa yang bersalah belum ada kejelasan.
Salsa membuka koper untuk mengambil baju karena ingin cepat membersihkan tubuhnya, sedangkan Rony akan bersiap pergi menuju proyek pembangunan."Ron aku kamu tinggal sendirian" ucap Salsa yang terus memandang suaminya
"Kamu mau ikut? kuat bawa anak kamu?" ucap Rony yang sedang merapikan kemejanya
"Maksudnya?" Salsa terus menatap ke arah suaminya
"Kamu kuat gak bawa anak kamu berdiri lama, nanti minta pulang bilang capek bawa anak dalam perut, sakit semua punggung aku, kaki aku bengkak capek berdiri. Kamu kan gitu" ucap Rony yang meragakan gaya bicara Salsa sambil memandang wanita itu dari pantulan cermin
"Ron kamu pikir aku bohong masalah aku capek dan punggung aku sakit ha? Kamu kira aku bohong sama kamu? Kamu lihat kan kaki aku bengkak, emang semua itu aku bohong sama kamu?" ucap Salsa yang kini emosinya meluap belum juga reda perang dingin mereka tapi Rony masih terus cari gara-gara.
"Kalo aku bisa taruh perut aku, bakal aku tinggalin dan gak akan ngeluh ke kamu kaya sekarang. Nih bawa anak kamu sendiri biar kamu tau rasanya" lanjut Salsa yang kini air matanya tidak bisa tertahankan.
Dari semalam Salsa sudah ingin menangis karena perlakuan suaminya. Ia kira pagi ini semua akan kembali baik seperti sebelumnya namun ternyata salah, Rony masih marah entah apa penyebabnya.
"Aku lagi nggak tau sekarang di mana, mau pulang pun aku nggak ngerti caranya karena ini terlalu jauh buat aku tapi kalau aku terus maksa disini apa nggak bikin kamu makin benci sama aku dan anak aku karena ngerepotin kamu terus" Salsa kini menutup wajah karena tangisnya sudah tidak terbendung lagi.
Rony berjalan mendekati Salsa untuk memeluk dan mengusap kepalanya namun Salsa terus berontak tidak ingin disentuh oleh suaminya. Selain sedih Salsa pun kesal dengan kelakuan suaminya.
"Maafin aku ya, aku terlalu emosi" Rony memeluk Salsa yang masih menangis
"Maafin papi ya nak, papi nakal bikin mami nangis" ucap Rony kembali seraya mengusap perut Salsa"Ini anak kamu Ron bukan anak aku aja" Salsa menimpali perkataan Rony
"Iya. Udah jangan nangis" Rony menghapus sisa air mata di pipi Salsa
"Kamu kenapa sih makin nyebelin padahal aku nggak lagi buat salah apapun. Kalau aku salah ngomong jangan kaya gini" Salsa terus menangis
"Iya maaf" Rony kini berjongkok mensejajarkan pandangannya di perut Salsa.
"Nak maafkan papi, hari ini papi tinggal dulu sebentar ya nanti janji kalau sudah pulang kita jalan-jalan. Jagain mami buat papi ya jangan nakal biar mami bisa istirahat" ucap Rony mencium perut Salsa