Jam menunjukkan pukul delapan malam sedangkan Rony masih belum juga pulang. Ara sudah tidur karena saat siang bayi itu enggan untuk beristirahat.
Pesan pun tidak luput dari ponsel Salsa apalagi panggilan sudah pasti bertubi-tubi ia lakukan. Tidak mungkin seresah ini jika Rony tidak berjanji akan pulang pukul lima sore. Sampai saat ini pun belum ada kabar entah apa yang sedang suaminya kerjakan.
Tidak ada mata-mata yang bisa Salsa hubungi karena Paul, lelaki itu belum akur dengan Rony padahal sudah lebih dari tiga bulan lalu.
Paul masih tetap di Singapura mengurus proyek yang ia tangani.Ron kamu kemana sih jangan buat aku khawatir
Sesak rasanya jika harus menunggu tanpa kepastian seperti ini. Bagaimana bisa suaminya lupa memberikan kabar bahwa dirinya harus pulang telat. Atau setidaknya mengirim pesan agar Salsa tidak was-was.
Pah Rony belum pulang. Caca khawatir
Salsa menghubungi mertuanya, ia sangat khawatir bahkan dirinya masih berada di ruang tamu dengan pintu terbuka untuk menunggu kedatangan suaminya.
Papa hari ini nggak ke kantor Ca. Coba papa tanya ke staff kantor ya
Balasan mertuanya membuat kakinya lemas. Selama menikah tidak pernah Rony terlewat memberikan kabar untuknya. Sudah setengah sebelas namun masih belum terlihat dan dirinya masih tetap menunggu dengan khawatir.
Saat jam Ara mendapatkan Asi mau tidak mau Salsa harus ke kamar. Mengangkat Ara untuk ia gendong menuju ruang tengah sembari menunggu seseorang yang ia nantikan.
Dengan posisi Ara menghadap ke payudara kanannya Salsa pun tertidur. Padahal sedari tadi matanya enggan terpejam."Sayang pindah yuk" ucap Rony mengusap lembut kepala istrinya
"Ron" Salsa terkejut dengan apa yang sedang ia rasakan. Tangan Rony ia genggam kuat kuat karena merasa belum sepenuhnya terbangun. Dadanya berdebar namun masih mendekap Ara dengan satu tangannya.
"Maaf ya aku lama ninggalin kamu. Kamu pasti kerepotan ya" Rony menunduk untuk mencium pucuk kepala Salsa dengan sangat lama. Menetralkan apa yang tengah wanitanya rasakan.
"Kamu dari mana?" Salsa memeluk pinggang suaminya. Menelusupkan wajahnya pada perut Rony.
"Dari kantor Ca, banyak banget yang harus aku urus. Maaf ya" Rony mengusap lembut memberikan pelukan untuk istrinya.
Rasa khawatir dan takut yang menyelimuti hatinya serasa luruh begitu saja ketika seseorang yang ia tunggu sudah menampakkan tubuhnya tidak kurang satu apapun.
Keduanya berada di meja makan. Salsa menemani Rony menyantap sup buntut buatannya tadi sore. Ara sudah ia letakkan karena bayi itu kembali tidur.
"Ada masalah di kantor?" tanya Salsa disela heningnya meja makan
"Enggak ada"
"Gak ada yang kamu tutupin dari aku kan Ron? Jangan sampai ada sesuatu malah aku denger dari orang lain" Salsa menatap tajam suaminya
"Udahlah Ca aku lagi capek banget males buat ribut. Aku oke kok nggak ada apapun yang aku tutupi dari kamu. Jangan berlebihan mikirnya" lanjut Rony
"Kita pindah ke Jakarta aja. Biar kamu nggak perlu jauh kalau harus ke kantor" pinta Salsa
"Nggak. Kita disini. Ini rumah aku siapkan buat kamu dan Ara. Kalau ada kerjaan yang mengharuskan aku ke Jakarta yasudah aku tetap kesana dan bukan berarti kita harus pindah" ucap Rony