50

3.7K 304 23
                                    

Bel terus berbunyi namun lelaki itu menunggu cukup lama di depan pintu sembari memastikan apakah benar yang ia bunyikan bel unit Salsa atau bukan.
Terdengar suara riuh dari dalam, tangisan bayi itu membuat hatinya teriris. Suara siapa yang menghiasi seisi ruangan? Apakah suara buah hatinya? ataukah lelaki itu salah unit?. Semua pertanyaan berkecamuk di pikirannya.

Sudah hampir 20 menit ia masih berdiri tanpa ingin meninggalkan tempatnya saat ini.
Ia mencoba menekan bel kembali. Terdengar suara pergerakan dari sang pemilik untuk segera membuka pintu.

"Ya" pintu itu terbuka dengan menampilkan sosok yang sangat ia rindukan.
Dengan hijab hitam menghiasi penampilan yang membuat wanita itu terlihat sangat ayu, mungkin karena sudah lama tidak berjumpa. Keduanya mematung karena tidak benar-benar yakin atas apa yang tengah mereka lihat.

"Ca" Rony memeluk tubuh yang selama ini ia rindukan. Memeluk erat tanpa memberi celah sedikitpun karena butuh menyalurkan rasa rindu yang teramat dalam.

Blank. Kosong yang saat ini wanita itu rasakan.
Dalam sepersekian detik pikirannya mendadak kosong. Pelukan itu. Aroma itu. Bohong rasanya jika tidak rindu.
Namun tiba-tiba ia merasa tidak membutuhkan siapapun bahkan lelaki yang saat ini memeluknya.

Salsa sedikit mundur namun masih dengan pelukan dari suaminya. Ia berusaha bergeser agar pintu segera tertutup. Ia tidak ingin siapapun bisa melihat dirinya dan Rony saat ini.

"Maafin aku" ucapan itu keluar saat Rony merasa Salsa tidak membalas pelukan darinya.

"Maafin aku sayang. Aku jadi suami yang nggak becus. Aku jadi suami yang nggak bertanggung jawab. Maafin aku" Rony melepas pelukan Salsa dan bersimpuh di kaki wanita itu.
Salsa berusaha menghindar karena dirinya tidak ingin melihat Rony sampai bersimpuh seperti sekarang.

"Berdiri Ron" suara wanitanya bergetar. Ternyata wanita itu tidak mampu menyembunyikan tangisannya.

"Siapa yang kasih tau kamu?. Kenapa kamu mesti cari aku? kita sudah selesai Ron" ucap Salsa menyeka air matanya

"Nggak ada yang selesai sayang. Aku nggak bisa Ca seperti ini. Aku gila. Rasanya hampir mati tanpa kamu di rumah" Rony sudah menggenggam tangan Salsa namun wanita itu segera menepisnya

"Kamu pernah tanya tentang keadaanku saat itu? kamu pernah tanya seberapa terluka aku? Pernah nggak?"
"Kamu cuma mau dimengerti Ron, serasa kamu hidup di duniamu sendiri. Menjuge orang tanpa mau dengar penjelasannya lebih dulu" Salsa memalingkan pandangannya. Menyembunyikan air mata memang tidak mudah.

"Pulang Ca. Aku mohon" ucap lelaki itu lirih dengan tatapan sendu

"Nggak. Aku gak akan pulang" Salsa membuka pintu apartemennya
"Silakan pergi. Aku bisa jaga diriku tanpa bantuan kamu" ucap Salsa dengan mata berkaca-kaca

"Ca" Rony dengan suara rendahnya mampu membuat Salsa menoleh ke arahnya. Wajah kuyuh pria itu, tubuh kurusnya, mata cekungnya seakan menjawab semua pertanyaan di kepala Salsa apa suaminya baik saja tanpanya.

"Apa yang bisa aku perbuat biar kamu bisa pulang ke rumah?" ucap Rony karena melihat Salsa yang sedari tadi diam

"Gak perlu kamu berbuat apapun. Kita udah selesai Ron. Kita selesai!!!" Salsa berteriak tidak bisa menyembunyikan kemarahannya sekarang

"Maaf Ca.. maafin aku" Rony terduduk di lantai. Kepalanya menunduk karena dirinya tidak bisa menyembunyikan air mata yang sedari tadi berdesakan di pelupuk matanya.

Terdengar pintu tertutup. Langkah kaki yang berjalan ke arahnya membuat Rony pasrah karena wanita itu pasti segera menamparnya. Atau kalau tidak wanita itu akan menghabisinya sekarang setelah kabur panjangnya.
Pipinya terasa diusap. Rambunya di singkap agar tidak menutupi wajahnya.

Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang