Ini hanya cerita fiksi, jangan ditiru, hanya untuk hiburan semata. Ambil sisi positifnya dan buang jauh-jauh yang negatif. Makasih. Selamat membaca :)
"Lo nyoba ga? Kok diem aja, Alvarendra?" godanya. "Belum turn on juga tu t*tit?" kekeh Anton sembari memasukan KTPnya ke dalam dompet.
Alvarendra atau yang sering di panggil Alva hanya melirik tajam lalu mengabaikannya. Sudah biasa di cengcengin begitu.
"Ada untungnya abang lo punya club, War.."
Anwar tersenyum bangga. "Ya dong, berkat gue lo-lo pada bisa masuk lewat pintu belakang, tapi inget! Kalau ada polisi jangan bawa-bawa abang gue!" peringatnya.
"Tenang aja, yang penting mah.. Asoy geboy," Anton bergerak seperti sedang berkuda dengan perempuan.
Alva tidak merespon, dia hanya diam dan fokus pada rokoknya yang akan habis. Tak lama dia matikan, tanpa peduli dengan celotehan mereka.
"Tawuran besok jadi ga?" Anwar bertanya pada Alva.
"Hm, di lapangan desa X.. Ga terlalu banyak warga.." Alva beranjak. "Gue cabut, lo semua lanjut ke club atau apa terserah. Gue harus nyetor muka dulu ke bokap, nyokap.." jelasnya dengan malas.
"Yaelah, baru mau gue ajak naik mobil nyari cewek di jalan," keluh Anton.
Alva tidak peduli karena dia tidak minat jika pada akhirnya mereka hanya menjadikannya lelucon.
***
"Bund, kayaknya aku ada masalah," Alva terlihat mengunyah santai cemilan oleh-oleh dari ayah dan bundanya.
"Masalah?" Fiki mendekati anak dan istrinya untuk ikut bergabung dalam percakapan. "Soal tawuran? Ayah potong uang jajan kamu!" tegasnya.
"Bukan, yah.."
"Lalu?"
"Masalah kelamin,"
Fiki dan Ayu terdiam saling pandang sejenak.
"Ada apa?" Fiki bertanya serius.
"Ga wajar, nonton film dewasa pun ga bangun." jelasnya dengan tenang terkesan datar. Bahkan tidak malu membahasnya.
Ayu dan Fiki jelas langsung paham.
"Apa bener kata dukun waktu itu, yah?" Ayu terlihat gelisah tak nyaman.
"Yang mana, bund?"
"Ituloh, kita tinggal di perumahan X yang di kota X, kita tetanggaan sama dukun,"
Alva mengernyit, dukun? Ternyata dukun itu sungguh ada? Jika ada, Anton dan Anwar pasti akan berilmu kebal ke sana.
"Ada apa, bund? Apa kalian berurusan sama dukun?" todong Alva.
"Engga gitu, bunda juga ga paham, dia cuma liat kamu bayi terus bilang gini. 'Anakmu memiliki kutukan, dia sedikit spesial. Tali merah yang begitu kuat dan satu' begitu! Tanpa jelasin,"
Alva malas mendengarnya. Dia pikir apa. Dia tidak percaya hal begituan.
"Besok pulang sekolah, aku ke dokter jadi pulang telat," Alva akan mencari tahu ke yang pasti-pasti saja.
***
"Woah.. Lagi di bully tuh.." Anton menunjuk dengan dagunya sambil duduk di kursi kantin dan terus menonton dengan heboh ciri khasnya.
Alva hanya melirik sekilas lalu mulai mengaduk mie ayam plus bakso itu. Ini yang berbeda di sekolah umum biasa.
Alva tidak cocok berada di sekolah internasional. Terlalu kaku dan fokus belajar, makanya dia SMP memutuskan untuk sekolah umum biasa hingga bertemu dengan Anton dan Anwar yang satu SMA lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...