Alva membuka mata, Fiana sudah tidak ada di sampingnya. Hari ini hari terakhir sekolah di minggu ini, hari yang selalu membuatnya malas berangkat.
"Bangun udah siang," Ayu muncul. "Fiana berangkat duluan, katanya ada tugas.. Buru-buru, ga sarapan ga pake jaket, cuaca lagi dingin," celotehnya sambil menyimpan oleh-oleh dari Fiki untuk pengantin muda di rumah ini.
"Dari ayah, buat kalian.. Cepet siap-siap," Ayu pun keluar.
Alva turun dari kasur tanpa memperdulikan kepergian Fiana yang sepertinya tidak mau berangkat bersama.
"Study tour bentar lagi," malas Alva lalu mengguyur dirinya di bawah shower.
Di lain tempat Fiana berdesakan di angkutan umum. Dia sudah biasa dengan itu. Bahkan dia berpikir akan terlambat karena angkotnya terus menunggu penumpang hingga penuh.
Namun ternyata sebentar lagi sampai.
"Kiri," Fiana mencoba menyuarakannya sekeras mungkin walau berakhir tetap tidak terdengar.
"Kiri, bang, ada yang mau turun,"
Fiana melirik laki-laki yang sepertinya sekolah lain. Dia tersenyum tipis sebagai ucapan terima kasih lalu turun dan membayar ongkosnya.
"Harusnya duduk ga terlalu belakang, hampir berhenti jauh," gumamnya seraya melangkah memasuki gerbang.
Fiana menghentikan langkah saat motor besar Alva menghadangnya.
"Lo lupa bawa," Alva menyelipkannya di saku Fiana lalu melajukan motornya dengan keren.
Fiana melihat sakunya. Ada selembar seratus ribu lagi. Yang kemarin saja belum habis. Dia jadi tidak enak. Tapi tak apa, akan dia tabung. Diberikan lagi pada Alva takutnya dia marah.
"Yang kemarin masih banyak, tapi makasih," ujar Fiana sambil terus melewati Alva.
Alva hanya melirik sekilas lalu mengabaikannya lagi.
***
"Baik, bu.." Putri dan Fiana membawa dua buku yang tidak terlalu berat itu untuk di bawa ke kelas sebelas C.
"Kamu yang masuk ya, Fia.."
Fiana mengangguk, Putri lebih pemalu darinya maka dari itu Fiana mengalah demi sahabat satu-satunya.
"Pe-permisi, bu.." Fiana jadi gugup saat melihat Alva dan satu temannya yang bernama Anton setahunya kini tengah di depan kelas seperti sedang di hukum.
Fiana bahkan baru tahu kalau kelas C itu kelas Alva. Memang seasing itu tapi sudah melebihi batas.
"Oh masuk," balas Bu Lastri ramah.
Fiana masuk dengan gugup, semua mata menatapnya. Apalagi Alva yang menatapnya juga, Fiana menunduk mencoba menghalangi lehernya dengan rambutnya yang tergerai saat melintasi Alva.
"Simpan di sini, kalian ada jadwal sekarang?"
Fiani melirik Putri.
"Tidak, bu.. Pak Wahid tidak masuk,"
"Bagus, bantu ibu untuk mengawasi mereka," Bu Lastri menatap Alva dan Anton. "Kalian bereskan toilet dua yang dekat ruang guru, itu hukuman karena berani membawa rokok ke sekolah!" tegasnya.
Fiana agak terkejut. Kenapa mereka membawa rokok? Inikan sekolah.
Tanpa bisa menolak, Fiana dan Putri mengawasi mereka yang membersihkan toilet itu dengan malas dan asal.
"Di awasi istri, syukurin!" kekeh Anton.
Alva hanya bodo amat.
"Fia, boleh aku ke toilet dulu? Kebelet,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomantizmKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...