"Ayah ga bisa lawan papa, kamu juga setuju karena demi menjaga Fiana. Kita ga bisa mundur untuk saat ini, Al.." Fiki menyesap teh herbal untuk kesehatan itu sedikit demi sedikit.
Alva mengangguk. "Tunangan ga masalah, nanti aku ke kakek, negosiasi lagi. Kita nikah beres kuliah atau udah kerja di perusahaan.." Alva menghela nafas sabar.
"Hm.. Jadi kamu setuju bulan depan tunangan? Kamu pasti makin terekspos media, Fiana harus makin disembunyikan."
Alva diam sejenak. Hanya ada sebulan waktu dia bebas dengan Fiana. Sayangnya dia sibuk kuliah juga. Hanya beberapa hari dia bisa menikmati waktu berdua dengan bebas di depan umum.
"Hm, itu lebih baik dari pada kakek macem-macem sama Fiana,"
Fiki mengangguk setuju.
Di kamar Alva, Fiana terdiam mendengar semua penjelasan Ayu sebelumnya. Katanya bulan depan jika Alva setuju akan tunangan besar-besaran.
Fiana sudah paham situasi. Bagaimana dia ke depannya yang sama seperti awal pernikahan. Dia mungkin harus di sembunyikan.
Tidak, atau mungkin dia tidak bisa bersama Alva secara bebas seperti biasanya di depan umum.
Waktu mereka sedikit. Fiana bisa saja mengalah, berhenti kuliah agar bisa menyambut Alva kapan pun saat pulang.
Tapi, tidak. Untuk saat ini. Dia tidak bisa menyerah dengan masa depan. Fiana tidak tahu ke depannya, apa dia bisa bergantung pada Alva terus atau tidak.
Tapi...
Entahlah...
***
"Udah?" tanya Fiana pada Alva yang sepertinya sudah selesai membahas pertunangan.
"Hm." Alva memeluk Fiana sekilas lalu duduk di sampingnya. "Tanggal 10, bulan depan, acara di adain. Kakek udah setuju, tinggal pertemuan keluarga nanti.." jelasnya.
Alva menatap Fiana lekat. "Ga sakit hatikan suaminya mau tunangan sama cewek lain?" tanyanya dengan suara yang melembut.
Fiana tersenyum. "Sedikit ga rela, tapi ga sedih kok.. Cuma formalitas aku yakin," jawabnya.
Alva tertular senyumnya. "Ga usah jalan ya?" Alva memepet Fiana hingga bersadar di lengan sofa.
Fiana tertawa pelan.
"Kok ketawa?" galak Alva.
"Udah tahu pasti milih di kamar," jawabnya terdengar geli.
"Kalau ada lo sih, iya.." Alva tersenyum keren lalu mengecupi dagu dan rahang Fiana yang menggeliat pelan dengan bibir tersenyum.
Fiana balas mengusap tengkuk Alva, mengecup kepalanya sesekali.
"Hh.." Fiana menggeliat geli saat lehernya terus dikecup, jilat dan hisap. Pasti berbekas.
Alva tidak berhenti, terus bermain dan mengendus wanginya sambil melepas kancing pakaian Fiana, mulai membukanya dan bermain di antara penghalang.
"Alva.." desah Fiana gelisah saat Alva terlalu buru-buru plus gemas.
"Enh.." Fiana meremas rambut Alva dengan tubuh menggeliat gelisah.
Alva menurunkan penghalangnya. Dia hisap dan kecupi dalamnya hingga menimbulkan suara kecupan yang membuat Fiana berdesir suka.
"Shh.. Enh.." Fiana mengusap kepala Alva gelisah.
Tok.. Tok.. Tok..
Fiana dan Alva tersentak dan langsung beranjak. Fiana memilih ke kamar mandi dulu untuk membenarkan pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...