Alva beranjak dari duduknya dengan kaget. Ada apa dengan Fiana? Kenapa sekitarnya begitu ricuh dan ada apa dengan suara Fiana?
"Ada apa?" Alva berdebar cemas, segera meraih kunci mobil.
"Alva.." Fiana hanya bisa terisak di sebrang sana.
"Neng, kemari.. Neng juga ikut masuk ke ambulance, luka juga.."
Deg!
Alva semakin tidak bisa tenang.
"Alva.."
"Lo ke rumah sakit mana?" bentak Alva cemas karena Fiana hanya memanggil namanya dan terisak. "Lo berhenti nangis!" tegasnya.
Fiana terisak pelan dengan masih tidak bisa melepas ponselnya dan ikut naik.
"Aku hiks.. Sebentar," Fiana terdengar bertanya rumah sakit mana dengan lirih pada perawat yang ada di dalam mobil.
***
Alva lega dengan keadaan Fiana yang hanya luka gores. "Aku ga bisa terus di sini," lalu mengecup kening Fiana.
"Kamu mau kemana?" Fiana bertanya lesu, Putri masih belum sadarkan diri. Dia takut dan butuh Alva.
Alva tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan emosinya. Dia tahu, ini pasti ulah kakeknya.
Alva ingin meluapkan semua rasa kecewanya. Ini pertama kalinya Alva akan meledak pada kakeknya.
"Alva.."
"Sebentar, Ana.." Alva mengusap sekilas pipi Fiana. "Tunggu di sini sama bunda," pintanya.
"Kemana?" Ayu menatap anaknya curiga.
"Kakek." singkat Alva lalu berlalu dengan tangan terkepal.
Ayu segera mendial nomor suaminya dan sibuk memberitahunya untuk mencegah Alva yang sepertinya tidak akan terkendali.
Ayu juga pertama kalinya melihat Alva begitu.
Fiana ikut berdebar, dia terus mengirimi Alva pesan untuk tidak emosi. Menyadarkan Alva bahwa dia yang ceroboh.
Namun tidak ada balasan.
***
"AKU TURUTIN SEMUA MAU KAKEK! KITA BAHKAN UDAH SEPAKAT!" bentak Alva dengan nafas terengah. Dia paling muak di atur-atur.
Robby meremas kuat kepala tongkatnya, menatap Alva yang meledak-ledak dengan tenang. Setenang air.
Ini pertama kalinya dia melihat cucunya yang kalem meledak seperti itu hanya karena wanita biasa yang belum lama masuk ke dalam hidupnya.
"AKU CINTA FIANA, AKU CINTA DIA KAKEK!" teriak Alva masih emosi. "Kakek mau bikin dia celaka?" Alva terlihat kecewa.
Robby tertegun sejenak. Cucunya terlihat sangat kecewa. Dia tentu agak terusik mengingat Alva cucu kesayangan.
"Kek, jangan Fiana. Cuma dia yang bisa Alva sentuh, kakek tahu? Sakitnya sentuh tangan Renaya saat salaman? Sakit, kek.. Semesta kirim Fiana buat Alva, kenapa kakek mau singkirian dunia Alva?"
Alva mengatur nafasnya yang terengah. Mencoba menelan semua rasa campur aduknya.
Dia cemas setiap saat, rasanya Fiana akan direbut lalu hilang. Alva sudah terlanjur mencintainya, satu-satunya wanita yang Tuhan ciptakan untuknya.
"Jangan Fiana," Alva bersimpuh.
Deg!
Robby kian terusik. Cucu kesayangannya memohon demi nyawa yang hampir hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...