30. Dua Istri Dan Menyadarkan Diri

43.1K 1.9K 37
                                    

"Udah, cantik.." Ayu mengusap lengan Fiana sekilas lalu beralih ke kesibukan lain seperti menyiapkan apa saja yang harus dia bawa.

Fiana hanya duduk menunggu bersama Alva di sampingnya.

"Ucapan mereka kadang pedes," Alva mengusap-usap sela jari Fiana yang sedang dia genggam sebelumnya.

Fiana semakin gugup.

"Mereka bakal nunjukin ketidaksukaan mereka, ga usap peduliin. Mau gimana pun lo udah jadi bagian keluarga gue,"

Fiana hanya mengangguk kecil. Apakah keluarga dari pihak ayah Alva itu menyeramkan?

Fiana semakin tidak percaya diri walau sudah di dandani secantik dan semewah itu oleh Ayu.

"Lo gugup?"

Fiana mengangguk jujur.

Alva menggesekan tangannya dengan tangan Fiana. Dia sedang membuat tangan dingin itu menghangat.

"Kalian siap?" Fiki muncul.

"Si-siap, ayah." jawab Fiana.

"Dia ga siap, gugup yah.." Alva beranjak dari duduknya dengan tetap menggenggam jemari Fiana.

Fiki tersenyum hangat. "Di sana akan berat, ayah minta jangan ambil hati. Mau bagaimana pun kamu sudah ayah anggap anak sendiri," di usapnya kepala Fiana sekilas.

Fiana tersenyum hangat.

"Yuk, bunda udah siap.." Ayu terlihat rempong, membelit lengan Fiana dan merebutnya dari Alva.

Alva mengabaikan itu, dia dan Fiki berjalan di belakang dua perempuan beda generasi yang terlihat semakin akrab.

"Kamu semakin lengket dengan Fiana," bisik Fiki menggoda anak satu-satunya yang sudah besar bahkan memiliki istri di usia yang begitu muda.

"Bukannya itu mau ayah dan bunda?"

"Jadi terpaksa?"

"Engga."

***

Alva memeluk kakeknya— Robby— dia memang menjadi cucu kesayangan. Membuat sepupunya yang lain iri.

Alva kembali menggenggam jemari dingin Fiana setelahnya. Robby melewati Fiana begitu saja.

Fiana terhenyak samar, mencoba tidak ambil pusing yang terpenting Alva tidak melepaskan genggamannya.

Alva hanya mengusap jemari Fiana sebagai upaya menenangkannya.

Ayu sudah menduga, Fiana akan seperti dirinya dulu yang diabaikan Robby karena dia bukan menantu yang pria tua itu inginkan.

Fiki menikahi Ayu karena Ayu sahabat yang terbaik yang paham dirinya. Fiki juga tidak mau di jodohkan dengan perempuan yang angkuh dari kalangan elit.

"Ayo, kita duduk," Fiki mengusap bahu Fiana sekilas. Rasanya dia tertarik ke masa lalu melihat itu.

Ayu saja berhasil mencuri perhatian Robby hingga membuat hatinya luluh dan menyayangi Ayu.

Fiana pun pasti bisa.

Fiana duduk di samping Alva. Sengaja Alva pepet agar kakeknya itu tahu kalau Alva sudah menerima Fiana dan hanya Fiana yang bisa menjadi istrinya.

"Jelaskan!" Robby terlihat serius.

Fiana menelan ludah. Galaknya kakek Alva melebihi galaknya wajah Alva. Memang turunan.

Fiki menjelaskan lebih detail soal kutukan itu.

"Itu omong kosong! Tidak ada hantu dan hal mistis! Pakai logika! Mungkin saja Alva hanya belum waktunya, banyak medis yang bisa mengobati, kenapa kalian tidak bicarakan dulu dengan papa!" amuk Robby.

Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang