.55. Kehilangan

25.5K 1.3K 67
                                    

"Mana Anton?" tanya Alva pada Anwar yang ternyata bergantian menjaga Putri dengan orang tua gadis itu.

"Dia ngilang dari jam 2 malem, katanya mau pergi bentar tapi sampe sepagi ini belum pulang," jawab Anwar.

Anwar menerima paper bag makanan yang diangsurkan Fiana lalu Fiana segera masuk ke ruangan dan mendekati Putri yang berhasil melewati masa kritisnya.

"Put.. Ini aku.." Fiana menahan tangisnya.

Apa benar Kecelakaan yang terjadi karena ulah kakek Alva? Apa benar setega itu hanya demi kekuasaan dan kedudukan? Apa harus dia tersingkir agar jalan Alva mudah?

"Maaf ya, Put.." Fiana mengusap jemari Putri yang tidak di infus itu.

Putri terlihat damai bagai putri tidur. Wajahnya masih penuh goresan luka yang belum mengering.

Pasti sakit.

Fiana terisak tanpa suara. Dia takut, kata dokter Putri cukup parah karena sempat terpental, ada beberapa organ yang terganggu hingga membuatnya kritis walau sekarang Putri berhasil melewati masa itu.

"Ayo bangun. Kita belajar bareng lagi, udah lamakan aku sibuk sendiri," suara Fiana bergetar lirih.

Fiana menoleh pada Amelia, bunda Putri yang kini masuk kemudian mengusap bahu Fiana dengan sendu.

"Bunda, maaf ya.." Fiana berbalik memeluk Amelia.

Amelia balas memeluk. "Kenapa minta maaf? Putri yang mau nolong kamu, Putri pasti sembuh," yakinnya walau tetap cemas setiap detik. 

***

"Ampun," Melati si pembully yang berani itu jelas tidak ada apa-apanya jika Anton yang bertindak.

Tenaganya lebih kuat, badannya lebih besar apalagi Anton suka membentuk otot.

Melati begitu berantakan, terongok di lantai dingin rumah lusuhnya yang selalu sepi.

Anton menjambak lagi rambut Melati sampai si empunya menjerit.

"Lo berani ngusik Alva, Fiana! Semua yang lo lakuin itu imbasnya ke Fiana dan sekarang Putri yang BERKORBAN!" bentak Anton.

Anton hempaskan Melati kasar lalu berdiri, menatap kacaunya melati yang tanpa memakai apapun itu.

"Lo mau laporin semua kejadian dari semalem?"

Melati menggeleng, dia terlalu sakit. Tendangan di perut, tamparan di tubuhnya saat s*ks yang Anton lakukan membuatnya seperti akan mati. Apakah ini balasan dari perlakuannya yang membully menggunakan fisik juga?

"Laporin aja, toh gue tetep bisa keluar, dan satu lagi, muka lo udah ke sebar," Anton tersenyum puas.

Jika saja Putri tidak sampai terluka, Anton tidak akan menyebar itu.

Melati syok, dia segera mengaktifkan ponselnya yang sengaja dimatikan.

Ponselnya menjadi ramai. Dengan bergetar, Melati mengklik video itu. Wajahnya memang terlihat jelas, tapi semua tubuhnya dan Anton terlihat diblur.

Entah Melati harus lega atau tidak. Anton masih memikirkan tubuhnya agar tidak terekspos jelas. Tapi, tetap saja. Melati ketakutan.

Bagaimana sekolah nanti?

Banyak komentar di twitternya. Menduga siapa laki-lakinya. Ada yang menduga Anton juga karena melihat postur badan dan rambutnya.

Melati syok berat melihat namanya sampai trending.

Anton terlihat puas sampai Melati pingsan saking syok. Dengan kasar dia membawa Melati ke kamarnya.

Suara keributan membuat Anton menautkan alis. Terdengar seperti di depan. Anton melirik Melati yang sepertinya kembali sadar.

Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang