"Gue mau lo tahu tongkrongan gue," Alva mengeluarkan box dari dalam paper bag bermerk itu.
Fiana menatapnya tanpa bersuara.
"Lo pake ini,"
Fiana meraih yang diangsurkan Alva dengan ragu. Dia mendudukan tubuhnya, membenarkan selimutnya juga..
Fiana membuka bungkus yang terlihat mahal itu. Isinya ternyata sebuah gaun hitam yang bling-bling. Belum memakainya saja Fiana merinding. Itu bukan seleranya.
Fiana menoleh saat Alva membuka paper bag lain. Isinya jaket berbulu yang mewah. Berwarna hitam senada. Terlihat halus dan tebal. Setebal harganya juga.
"Lebih baik lo mandi," Alva bersiap, menata rambutnya yang membuatnya memamerkan jidat.
Dia harus menyamar menjadi orang dewasa dan itu berhasil mengingat tubuhnya tumbuh tidak wajar. Menjulang tinggi bagai model pakaian olah raga.
Umurnya memang sudah boleh masuk club tapi tetap saja harus menyesuaikan diri, jangan menjadi bocah di antara lautan manusia yang ada di sana.
Fiana meraih kaos Alva demi menutupi tubuhnya. Dia pun bergegas mandi dengan berat hati memakai gaun itu.
Fiana gelisah tak nyaman.
***
Alva menatap Fiana dari atas ke bawah. Terlihat berdiri gelisah mencoba menurunkan gaun yang hanya sejengkal dari pahanya.
"Woaw.." gumam Alva dengan terpesona menatap kaki jenjang yang putih bersih alami. Terlihat terurus padahal tidak perawatan.
"A-aku ga bisa," Fiana terlihat gelisah ingin menangis saking tidak nyaman.
"Harus bisa," Alva mendekat, membelit pinggangnya lalu memagut bibirnya perlahan.
Ciuman ternyata seenak itu. Ada sengatan menggetarkan jika itu dengan Fiana.
"Saatnya benerin rambut, make up." bisik Alva.
Fiana terlihat pasrah walau gelisah tidak nyaman. Rambutnya di ikalkan, bawahnya diwarnai dengan pewarna non permanen lalu memakai make up namun tidak menor.
Alva sampai kehabisan kata-kata.
Fiana bagai bebek berubah menjadi angsa. Kaki jenjangnya, wajah cantiknya, rambutnya yang tergerai bergelombang dan gaun mewah dengan jaket bulu mahal itu membuat Fiana mempesona.
"Aku mau pulang," cicitnya tak nyaman, terutama rok dan sepatu heelsnya.
Alva mendekat, mengusap pipi Fiana lalu tersenyum lembut untuk yang pertama kalinya Alva begitu. Terlihat terpesona.
"Ini baru istri gue," Alva memeluk Fiana yang tebal oleh jaket bulu itu. Fiana terlihat menggemaskan menggunakannya.
"Kita clubing malam ini," bisik Alva.
***
Fiana agak kaget. Ternyata club itu seberisik ini. Dia merasa musik DJ itu mengganggu pendengarannya. Bau asap rokok dan bau lainnya menyatu pekat.
Fiana sampai syok melihat betapa bebasnya mereka di lantai dansa.
Alva terus merangkul Fiana, membawanya ke tempat di mana dia dan kawan-kawan nongkrong.
Fiana terlihat lega saat telinganya tidak terlalu kebisingan berada di tempat tongkrongan ini.
"Nah, dateng juga dia," seru Anton senang lalu menatap takjub Fiana yang seperti berbeda orang.
Memamg ya! Gadis cupu jika di permak akan melebihi ekspetasi.
"Wah, siapa nih?" sambut Deni.
Fiana kembali menegang gugup. Sekelilingnya banyak laki-laki, hanya beberapa wanita dewasa, itu pun sibuk sendiri melayani pelanggannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...