29. Mode Suami Istri

43.5K 1.8K 22
                                    

"Mereka mau ngapain di hotel?" tanya Fiana tiba-tiba.

Alva sontak berhenti menyedot minuman bubblenya. Ternyata Fiana masih tertinggal di situ. Kenapa serius sekali memikirkannya, apa Fiana tidak pernah pacaran semasa SMP.

Alva pun tersadar setelahnya. Jelas tidak pernah mengingat betapa kutu bukunya Fiana.

"Menurut lo?"

Fiana berhenti menggigit bapau bekas Alva yang katanya harus dia habiskan agar memiliki pipi seperti bapau.

"Ngobrol?" cicit Fiana ragu.

Alva berpaling sekilas, mencoba menahan kedut di bibirnya. Kenapa bisa berpikir sepositif itu padahal Fiana bukan lagi gadis polos.

"Ngobrol di sini juga bisa,"

Fiana terlihat diam serius. Padahal dia tidak perlu mengetahui itu karena sudah memiliki suami, jika pun pacaran setelah nikah pasti ujungnya di ranjang.

"Tidur?"

"Pulang aja, ngapain ke hotel!" ketus Alva semakin kesal dengan pikiran polos Fiana.

"Berarti begituan,"

Alva tidak merespon, dia kembali menikmati minumannya, kenapa tidak dari awal. Sudah tahu pasti begitu, mustahil hanya ngobrol, tidur saja. Jika ada kesempatan jelas disikat saja.

"Eh!" seru Fiana saat melihat laki-laki yang jatuh dari motor listriknya.

Alva mencekal Fiana yang hendak bergerak mendekatinya.

"Dia cowok, bisa bangun sendiri! Lagian cuma jatuh ga sampe berdarah!"

Fiana pun menciut dan duduk lagi. Lagian siapa yang mau menolong, orang lain ada yang lebih sigap. Itu hanya bentuk refleksnya saja ingin melihat.

Fiana menatap jemarinya yang bertautan terus di genggam di pangkuan Alva. Rasanya hangat.

Fiana pun kembali memakan bapau dengan menikmati sejuknya malam dan debar jantungnya.

"Lo mau naik itu?" tunjuk Alva pada sepeda couple. "Gue depan, lo belakang goesnya," lanjutnya.

Fiana menatap itu dengan mengunyah pelan lalu mengangguk, sepertinya seru.

Keduanya beranjak tanpa melepaskan genggaman.

Keduanya terlihat manis. Sama-sama menikmati pacaran sebagai pengalaman pertama.

Keduanya merasa baru. Alva pun tidak merasa terganggu.

***

Alva menoleh kesal. "Goes, Ana!" perintahnya.

"U-udah," cicit Fiana memberengut sedih. Dia sungguh sekuat tenaga, tubuhnya memang lemah.

"Ha!" Alva menghentikan goesannya. "Ga cocok! Kita udahan!" Alva menuntun sepedanya dengan bantuan Fiana yang menggoes seadanya.

Alva membayar sewa lalu menuntun lagi Fiana untuk mencari tempat dan makanan. Lebih baik makan.

"Alva, kenyang.." Fiana tidak bisa memakan apapun lagi.

Alva menghentikan langkahnya, dia lupa tentang perut Fiana yang kecil.

"Oke, gue makan lo aja nanti, sekarang lo mau beli apa? Tas itu? Gelang? Cincin? Mainan?" jika kesal Alva terdengar bawel.

Fiana sampai menatapnya tidak berkedip.

"Ck! Malah liat-liat, mau gue makan?"

Fiana berpaling lesu. Dia pun mulai memilih, ingin boneka. Alva menurutinya. Fiana memilih boneka beruang pink yang kecil namun Alva membelikan yang sebesar tubuhnya.

Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang