63. Ngidam, Kebo Dan Jalan-jalan

26.1K 1.2K 20
                                    

"Kiriman dari kakek," Alva memberikan kotak perhiasan untuk Fiana. Dia senang kakeknya mulai memperhatikan Fiana tapi entah kenapa rasanya seperti sedang menyogok.

"Kakek?" Fiana membuka itu, menatap semua perhiasan satu set penuh berlian itu dengan takjub.

Fiana merasa terbebani menerimanya namun tidak bisa mengembalikan itu. Alva mengamuk dan Robby pasti sama.

"Ya-yaudah. Makasih, kalau ada pertemuan keluarga, aku pake.." putus Fiana berat hati.

"Soal adopsi beritanya udah tenggelam, kakek ga perlu bikin kamu diadopsi yang lain." Alva senang soal itu.

Fiana tidak akan kemana-mana. Dia bagian dari keluarganya.

"Na.."

"Hm?" Fiana mendekati Alva. Nemplok padanya dengan segera.

"Serius harus senemplok ini?" Alva tersenyum geli. Apa ngidam itu sungguh ada?

"Alva," panggil Fiana yang tiba-tiba serius.

"Hm?"

"Aku kok tiba-tiba mau sate ya," jelasnya sambil mengurai pelukan.

"Beli aja," santai Alva.

"Di Bogor maunya,"

"Ha?" heran Alva. Di sini juga banyak kenapa harus jauh?

"Kamu mau jemput Renaya ya? Ga usah aja," sendu Fiana yang membuat Alva tidak bisa protes.

"Aku bicarain dulu sama Renaya ya, waktu itu ga ikut anter, kalau terus ga ada media pasti bikin berita aneh," Alva mengusap bibir bawah Fiana dengan jempolnya.

"Iya." Fiana terpaksa mengalah walau sangat ingin.

"Atau mau sama bunda?"

"Engga mau."

"Dasar manja!" 

***

Fiana menatap televisi yang menayangkan berita tentang Alva yang bersanding dengan Fiana mengikuti bakti sosial.

Pasangan muda itu di sorot sebagai dua manusia yang ingin memotivasi anak muda lain untuk peduli pada manusia, sampah dan tumbuhan.

Mereka pergi ke panti asuhan, membantu mereka dan bermain bersama.

Fiana tersenyum melihat senyum lepas Alva yang bermain dengan anak-anak panti. Refleks dia mengusap perutnya.

"Nanti kalian yang main gitu ya, lucu." gumamnya senang.

Mood kacau karena ingin sate kini hilang. Senyum Alva membuat Fiana tertular.

"Gantengnya, Alva." padahal Alva hanya kaosan yang senada dengan semuanya. Bersanding di samping bapak presiden terlihat sama bersinar.

Pantas saja media mulai tertarik pada Alva. Wajah, badannya, sangat fotogenik. Idaman sekali suaminya itu.

"Pantes banyak yang suka, kayak artis aja Alva sekarang," keluh Fiana.

Moodnya kembali turun.

***

"Kenapa lagi?" Alva mencapit bibir maju Fiana. "Cemburu buta?" ledeknya sambil melepas kaos dan menuju kamar mandi.

"Tadi liat kamu salaman sama ibu-ibu, cici-cici, kok ga sakit?" Fiana terlihat semakin cemburu dan khawatir.

Apa kutukan itu hilang?

"Ga tahu aja dia," kekeh Alva bergumam pelan, dia akan bersih-bersih dulu baru naik kasur dan tidur bersama Fiana sambil bercerita tentang hari ini.

"Aku tanya tadi," sambut Fiana saat Alva mendekati kasur dan naik.

Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang