"Ga gitu!" Fiana bersuara membuat Anton dan Anwar menoleh. "Itu curang," lanjutnya lalu balas menatap dan berubah canggung.
Fiana refleks menggeliat merapat pada Alva. "Maaf," tambahnya pelan.
Anton terbahak. "Astaga! Santai aja, kenapa negur malah takut akhirnya hahaha.." tawanya kian pecah.
Anwar jadi tertular. "Dia emang rajanya curang," balas Anwar.
Alva mengambil alih stick game dari tangan Fiana. "Biar gue yang lawan si tukang curang," balasnya.
"Ck! Lo kalah sih, Al.." Anton begitu yakin.
Fiana mengerjap gugup dan berdebar. Posisinya kenapa begitu dekat seperti sedang di peluk Alva.
Fiana jadi membeku tak bisa bergerak. Dia pun mencoba fokus pada game yang sedang berlangsung.
Alva sama jago, membuat Fiana melupakan posisi mereka yang terlalu dekat. Bahkan detak jantung Alva terdengar.
"Dikit lagi," gumam Alva. "Lo mau apa kalau menang?" tanyanya dengan masih fokus pada game.
Fiana mengerjap. Bisikan itu untuknya kan? Anton atau Anwar tidak mungkin mendengarnya.
"Ga tahu," cicit Fiana kian tersipu. Pipi Alva kini menempel di pipinya walau sesekali karena pergerakan Alva dan gelisahnya Fiana.
"Gue mau lo, gimana?"
Fiana melotot samar lalu melirik Anton dan Anwar yang tidak mendengar itu sepertinya. Untung saja.
Tunggu! kenapa dia panik? ucapan Alva bisa saja bukan menjurus ke hal itukan.
"Mau aku apa?" tanya Fiana agak mencicit pada akhirnya.
"Em.. Cium," bisiknya lagi lalu mengecup pipi Fiana hingga si empunya tersentak karena suaranya.
Anton dan Anwar menoleh membuat Fokus Anton terpecah mendengar kecupan itu dan pada akhirnya Alva tersenyum penuh kemenangan.
Tatapan Alva mengolok Anton yang kalah karena tidak fokus itu.
"Ck! Curang lo!" raung Anton.
Anwar menggeplak kepala Anton. "Lo juga sama!" balasnya.
Anton kian kesal. "Wah pendukung macam apa yang ga bela!" lalu Anton memiting Anwar.
Fiana tersenyum tanpa sadar melihat pertengkaran keduanya.
Alva menatap wajah Fiana dari samping lalu menjauh, membuat Fiana tersadar.
"Lanjut main ga? Kalau engga kalian pulang aja!" Alva kini duduk di samping Fiana, bukan di belakangnya lagi. Alva ingin benar-benar bermain game.
***
"Ngantuk?" Alva bertanya datar. Dia bergiliran dengan Anwar. Jadi, hanya duduk santai di samping Fiana yang anteng sendiri ikut melihat.
Fiana juga bingung harus melakukan apa mengingat masih ada Anton dan Anwar.
Fiana menggeleng pelan walau tidak bisa di tutupi, kedua matanya sayu seperti menahan kantuk.
Alva meraih lengan Fiana agar ikut bersandar ke ranjang.
Mereka duduk di karpet yang memang dekat dengan ranjang.
Fiana menurut saja, dia berhimpitan dekat lalu Alva rebahkan di pahanya. Fiana sontak ingin menolak tapi kepala dan bahunya di tahan.
Fiana yang tegang pun perlahan mulai rileks. Kantuk perlahan mulai menyapa lagi. Fiana semakin nyaman saat Anton maupun Anwar acuh melihat posisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...