7. Memberi Dan Menerima

74.9K 2.4K 28
                                    

"Lo orang baru kaya?" Melati mendekati Fiana yang tengah membasuh tangannya.

Fiana terlihat tidak percaya diri, lebih ke arah tidak berani.

"Gue bisa tahu, sepatu lo asli, apa lo peliharaan om-om?" Melati tersenyum mengejek. "Lo sama Alva beda kali, karena gue tahu siapa lo," senyumnya puas.

Fiana tiba-tiba gugup. Di saat semua orang percaya, dia melupakan teman dari kecilnya. Tetangga di kampungnya dulu yang tidak disangka satu sekolah di kota baru ini.

"Atau, lo cewek bayaran Alva?" Melati semakin mengejek, semakin merasa menang saat Fiana terlihat ketakutan dan gelisah.

"Gue punya kartu lo, jadi ga usah banyak tingkah!" Melati pun pergi meninggalkan. Fiana yang terengah gelisah.

***

"Jadi ikut? Senengnya!" seru Putri refleks. 

Fiana tersenyum tipis tidak percaya diri. Dia mengeratkan pelukannya di buku saat melihat Melati and the geng tengah melirik sinis ke arahnya. 

Fiana sampai bingung, kenapa Melati jadi sebenci itu padanya yang tidak pernah berurusan dengannya. 

"Fiana," panggil Anton begitu bocah, seolah mengajak main Fiana. "Ngantin yuk, biar gue bisa dapet makan gratis dari bosskyu.." lanjutnya so kenal so dekat. 

Fiana menelan ludah, masih tidak bisa terbiasa. 

"Itu aku—"

"Pergi aja, istirahat pertama Fiana ga ke kantin, ntar sakit," potong Putri perhatian.

Alva menoleh dan menatapnya. Fiana jadi salah tingkah. 

"Ya-yaudah," Fiana menggaruk rambutnya sampai tidak sadar melepaskan bukunya hingga berantakan di bawah kakinya. 

"Aduh, gugup ya," kekeh Anton sambil membantu membereskannya.

"Lo sih, usil.." Anwar ikut membantu.

Keduanya sontak menoleh pada Alva yang diam acuh tanpa ingin membantu istrinya. 

"Beresin cepet! Gue tunggu di kantin," Alva melirik Fiana. "Lo ikut gue," lanjutnya. 

Fiana menelan ludah, dia pun mengekor setelah pamit pada Putri dan menitipkan bukunya pada Anton dengan tak enak hati. 

Jarak jalan mereka begitu jauh, namun tetap saja duduk bersama saat sampai di kantin. 

Alva memesan ini itu sekalian untuk dua sahabathya. Alva menatap Fiana. "Lo pesen sendiri, gue ga tahu," lalu pergi. "Semeja sama gue kalau ga mau di palak," lanjutnya. 

***

Fiana tersedak entah berapa kali, dia jadi tidak bisa fokus jika di sekelilingnya laki-laki dan banyak mengundang perhatian. 

"Kenapa lagi?" Anton melirik Fiana lalu menatap Alva yang diam saja. 

"Ah, anu itu.. Engga, kepedesan aja," jawabnya dengan senyum canggung. 

Alva hanya melirik dan kembali memakan makanannya. Anton melirik Anwar, keduanya menggeleng melihat Alva. 

Padahal hanya Fiana yang bisa, harusnya Alva memperlakukannya dengan baik. Alva bahkan sudah sangat boleh bucin karena secara agama dia dan Fiana sudah resmi suami istri. 

"Mau tambah minum?" Anton menawarna. 

"Dia bisa sendiri," sahut Alva dengan alis agak menekuk, kenapa juga sahabatnya itu terus merecoki Fiana. Sudah tahu dia tidak nyaman dengan mereka. 

Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang