Anton berdiri dalam kegelapan itu. Dia menatap wajah Melati yang tersorot oleh lampu tidur.
Wajahnya terlihat lelah. Bahkan dalam keadaan terlelap.
Anton diam hanyut dalam pikirannya yang masih kusut oleh semua kejadian. Bermain wanita pun terasa hambar.
Anton merasa aneh dengan perubahan yang tiba-tiba itu. Para sahabatnya pun merasakan hal yang aneh juga.
Anton semakin kacau semenjak beberapa jam lalu bertemu dengan Alva dan Anwar. Keduanya tidak bosan mengingatkan untuk menerima semuanya.
Semua yang terjadi karena ulahnya sendiri.
Alva dan Anwar marah padanya karena terus menjadikan Melati sebagai samsak, padahal sedang hamil.
Alva menjadi lebih sensitif, mungkin karena Fiana sedang hamil makanya marah saat Anton menyiksa Melati baik mental atau fisik.
"Lo ga tahu gimana lemesnya mual muntah ibu hamil? Fiana hampir pingsan terus, kurang gizi apalagi, bisa bahaya buat keduanya, lo kacau War, Putri beruntung ga dapetin lo!"
Suara omelan Alva terus menghantuinya. Dia memang sangat kejam menelantarkan istrinya yang hamil.
Anton masih diam menatap lurus tak terbaca. Melati tidak kunjung bergerak, perutnya terlihat bulat.
Dengan pikiran yang tetap kusut, Anton memilih berbalik meninggalkan kamar itu.
***
"Ada masalah?" Fiana menyambut Alva yang baru pulang.
Alva mengecup kening Fiana. "Ga ada, cuma abis marahin Anton bareng Anwar," jawabnya sambil merangkul Fiana untuk ke kamar.
"Anton? Kenapa? Melati diapain lagi?" cemas Fiana.
"Perhatian banget sama musuh," Alva mencubit pelan hidung Fiana.
"Ih! Melati udah minta maaf, aku juga udah maafin,"
"Iya, tahu."
"Jadi kenapa?" tanya Fiana sambil menatap Alva yang melepaskan kaosnya.
"Biasa, nelantarin Melati, dia baru tahu selama ini Melati makan satu nasi bungkus buat tiga kali makan dalam sehari," jelasnya.
Fiana menekuk wajahnya yang mulai berekspresi kesal. Apa yang dilakukan Anton sebagai suami begitu jahat. Padahal semua yang terjadi karena ulahnya.
"Kok kayak banteng marah," Alva mengulum senyum geli sambil membingkai wajah Fiana lalu mengunyelnya.
"Kok tega banget, dulu kamu nikah terpaksa, ga sejahat itu.. Padahal Melati cantik, aku jelek banget waktu itu," cerocos Fiana dengan banyak ekspresi.
Alva hanya menatap, terus mendengar celotehannya.
"Udah? Siap-siap tidur!" perintahnya.
Fiana menghela nafas panjang. "Kalau aja ini karma buat Melati, tapi tetep kasihan," lirihnya sambil beranjak mematuhi perintah Alva.
Alva melihat Fiana yang entah kenapa malah semakin terlihat menggemaskan semenjak hamil? Perutnyaa bahkan belum buncit yang ketara.
Fiana menoleh. "Kamu ga mau ikut?" tanyanya masih menekuk wajahnya sedih.
"Boleh?"
"Engga, jangan. Aku mau BAB dulu," jawabnya polos.
Alva tersenyum samar. Dasar! Kenapa juga tanya seolah mengajak.
***
Melati membuka matanya, diam beberapa saat untuk mengumpulkan nyawa. Setiap pagi rasa malas begitu menindihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...