48. Alergi Dan Diikat

27.4K 1.3K 7
                                    

Alva terlihat tengah bersantai setelah pulang dari kampus. Hari ini dia pulang lebih awal karena jadwalnya ditarik jadi besok.

"Fiana masih ngampus?" Ayu menyimpan buah-buahan yang sudah di potong untuk anaknya.

"Iya. Di jemput sopir aja nanti," Alva meraih garpu dan mulai memakannya.

"Kenapa ga kamu jemput? Bukannya mau terus berduaan kalau ada waktu luang," Ayu menggoda anaknya.

"Males keluar, bund," balasnya malas.

"Hm, yaudah.. Mamangnya udah di kasih tahu buat jemput?"

Alva mengangguk.

"Fiana makin keliatan gemuk, bahagia.. Bunda seneng liatnya, makasih ya Alva.. Walau tetep kadang galak tapi Fiana tetep dibuat nyaman tinggal di sini.."

Alva tersenyum tipis. "Masih kurang gemuk," komentarnya santai.

"Ihh, udah keliatan, Al.. Bunda perhatiin pipinya yang ga tirus lagi, tatapannya ga sayu penuh kesedihan kayak awal.. Kayaknya saat itu Fiana kurang gizi juga.. Kasihan mantu bunda, hidupnya berat.."

Alva hanya diam. Fiana memang mengalami hidup yang sulit.

Bagaimana rasanya setiap hari berada di antara keluarga yang tidak menganggapnya, rasanya seperti di kelilingi oleh musuh yang terus membencinya.

"Hanya karena bangkrut tepat saat Fiana lahir, apa harus begitu! Keluarga gila!" Ayu kesal sendiri.

Padahal naik turun di kehidupan itu wajar. Ayu dan Fiki juga pernah merasakan di titik terendah sampai ingin menyerah saja rasanya.

"Lampiasin ke anak itu salah, ke istri pun ga boleh, buat pelajaran, Al.."

Alva mengangguk kecil sambil terus memakan buah-buahan.

Keduanya terus berbincang, bahkan sampai ke topik pertunangan, soal keluarga yang berusaha menutupi pernikahan Alva dan Fiana.

"Eh udah pulang," Ayu menyapa membuat Fiana urung membuka suara.

Alva menoleh lalu melambai, mengkodenya untuk mendekat.

Fiana tersenyum manis, mendekati Alva yang meraih wajahnya lalu mengecup pipinya sekilas setelah itu memeluk Ayu sekilas.

"Sore banget pulangnya, bunda sama Alva sampe pegel duduk di sini," kekehnya.

"Iya, bund. Ada jadwal tambahan, besok jadwalnya jadi berkurang," jelasnya yang duduk pasrah saat Alva menariknya agar di sampingnya.

"Oh besok pulang lebih awal? Belanja sama bunda yu," ajak Ayu.

Alva yang berada di tengah keduanya hanya melirik Ayu lalu menatap Fiana lekat. Pipinya memerah samar, apa alergi?

"Bund, ini efek skincare atau alergi?" tunjuk Alva sambil mengusap pipi Fiana lembut dengan ibu jari tangannya.

Ayu mendekat, mengusap pipi menantunya juga. "Ini alergi, kamu makan apa, sayang?" tanyanya perhatian.

Fiana mengerjap, pantas saja merasa gatal di beberapa bagian tubuhnya. Dia makan apa ya. Perasaan hanya salad.

"Salad, titip ke temen, tapi kayaknya ga ada seafoodnya," jelas Fiana yang kini gatal itu semakin terasa.

"Jangan di garuk!" Alva menahan lengan Fiana, mengunci kedua lengannya.

"Minum obat, besok juga sembuh gatalnya, itu alergi," kata Ayu yang langsung beranjak untuk mengambil obat alergi Fiana yang Ayu siapkan di kotak P3k.

Sesayang itu. 

Fiana menghangat.

"Ceroboh!" ujar Alva galak.

Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang