Part Khusus 42. Hotel Penuh Cinta hanya akan ada di karyakarsa bagi yang mau :) engga pun masih bisa lanjut :)
"Loh, kenapa malah pulang? Bukannya ada sehari lagi?" Ayu menyambut Fiana yang terlihat bahagia.
Ayu jadi tertular.
"Kita putusin pulang karena ayah juga libur, kita ngumpulkan jarang, bund," Alva melintasi keduanya untuk segera ke kamar, menyimpan semua barang bawaannya.
Ayu merangkul Fiana untuk duduk di ruang tengah. Kebetulan Ayu tengah merangkai bunga, mengganti bunga-bunga yang layu.
"Bunda seneng liat kamu kayak bahagia, Alva baikan sama kamu?" bisiknya.
Fiana mengangguk tanpa ragu. "Baik banget," jawabnya tulus.
Ayu mengulum senyum. "Abis ini kita ke belakang, ayah baru mulai berenang, Alva pasti ngikut, kita habisin waktu sore kita kumpul di sana." putusnya senang.
Akhirnya ada waktu kumpul. Ayu juga senang kini ada Fiana, penyembuh kutukan anaknya. Ayu senang juga karena Alva tidak terjerat dosa dengan pacaran tidak jelas.
"Mau bantu, bunda?" Ayu mendekatkan satu pas bunga itu pada Fiana.
"Belum bisa, nanti berantakan," ragu Fiana namun menerima itu.
"Coba aja, nanti bunda bantu kalau ada yang ga cocok,"
Fiana pun mengangguk, mulai mengikuti ajaran Ayu tanpa peduli pada Alva yang sepertinya memilih menghampiri ayahnya dan ikut berenang di sana.
***
Fiana menatap takjub hasil karyanya. Ayu terlihat menilai lalu mangut-mangut.
"Udah bunda duga, kamu bisa.. Ini bagus loh, cocok.." Ayu memuji dengan tulus, hasilnya sungguh bagus.
Fiana tersipu senang. Dia memotret hasilnya itu sebagai kenangan.
"Makasih, bunda.. Berkat bunda aku jadi belajar banyak tentang merangkai bunga," balasnya dengan senyum lepas.
Ayu menghangat melihat Fiana yang terlihat mulai nyaman, tidak canggung dan mulai percaya diri.
Ayu memeluknya sekilas. "Nanti bantuin bunda kalau ngerangkai lagi ya, sekarang kita susul suami-suami kita," kekehnya ramah.
Fiana nengulum senyum lalu mengangguk. Keduanya beranjak, berjalan bagai ibu dan anak yang hubungannya dekat.
Fiana sejenak bisa melupakan masalah keluarganya.
Fiana berjongkok di pinggiran kolam walau agak ngeri-ngeri sedap. Alva mendekat, menyentuh setiap kaki Fiana.
"Udah ngerangkainya?"
Fiana mengangguk. "Mau liat? Aku foto," jawabnya sambil membuka ponsel.
Alva hanya menatapnya lekat. Fiana jika tidak canggung makin cantik, jika percaya diri apalagi.
"Ini," tunjuknya.
Alva melihat itu. "Cakep, kayak yang rangkai," pujinya.
Fiana menggigit bibir tersipu. Lucu sekali, Alva tersenyum samar.
"Bukannya mau beli makanan? Pesan antar aja," Alva mengusap kaki Fiana. Menatapnya mendongak karena masih di dalam kolam.
"Gini, Alva.." Fiana terlihat ragu. "Kan perut kecil, tapi banyak maunya.. Kalau ga habis gimana? Sayang banget," keluhnya.
Alva tersenyum mendengarnya. "Ada mba, ajak mereka buat bantu abisin," balasnya.
Fiana sontak tersenyum merekah. Itu ide bagus. Dia mengangguk. "Aku pesen ya, ini murah.." lalu membuka ponsel.
Alva melihat sate. "Beli aja," jawabnya.
Fiana segera beranjak.
"Kemana, sayang?" tanya Ayu yang tengah ngobrol dengan Fiki yang baru naik dan istirahat dulu.
"Mau beli makanan bunda, mau titip?" Fiana berujar malu.
"Oh, engga.. Beli aja, banyakin jajan ya.." balas Ayu dengan begitu baiknya.
"Ayah mau kamu banyak makan, ngadepin Alva yang galak itu berat," kekeh Fiki. "Jangan sungkan," lanjutnya.
Fiana mengangguk dengan senyuman. "Makasih, ayah.. Bunda.." balasnya tulus lalu melanjutkan langkah untuk menghampiri mba dan mulai memesan.
***
"Alva mau ini, boleh?"
"Hm,"
"Alva, kalau ini?"
"Hm,"
"Alva mau ini juga, ga papa?"
"Hm,"
Alva menghela nafas saat melihat Fiana mendekatinya yang tengah bersantai setelah berenang itu.
"Apa lagi, hm? Ga usah izin, beli aja."
"Kan uang kamu, takut kebanyakan belinya.." Fiana melempar senyum canggung.
"Uang kita,"
"Jadi, beli ini boleh?"
"Boleh, sayang.." jawab Alva dengan senyum kesal. Dasar Fiana!
Fiana mengulum senyum. "Banyak tanya ya, maaf.." kekehnya pelan.
Alva menarik Fiana, mengecupi pipinya gemas. "Gue suka walau kesel, gue juga seneng, di tunggu pipi gembul sama lemak di perutnya," bisik Alva.
Fiana hanya menggeliat kegelian.
"Makan di sini, gue di tinggal sendiri," keluh Alva.
Ayu dan Fiki sudah masuk.
Fiana mengangguk. "Kamu mau ikut makan?" tawarnya.
"Boleh."
***
Alva mengunyah santai sambil melihat Fiana yang lahap. Jajanan yang dibeli Fiana tidak buruk, bahkan enak menurutnya.
Fiana hanya mengambil beberapa dari satu porsi makanan. Pasti para mba di sana tengah sibuk menampung semua makanan.
Alva mengusap perut Fiana. "Emang muat perut kecil kayak gini nampung makanan sebanyak itu?" tanyanya.
Fiana menelan kunyahannya. "Kan dibantuin kamu," jawabnya.
Alva tersenyum lalu membuka mulutnya, Fiana dengan sigap memasukan makanan yang belum Alva cicipi.
"Emh.. Manis banget," komentar Alva pada coklat yang melumer di mulutnya.
"Yang asin aja?" Fiana menyeka bibir Alva tanpa sadar saat melihat noda coklat di bibirnya.
Alva tersenyum samar menerima perlakuan itu.
"Cium aja," Alva memanyunkan bibirnya.
Fiana tersipu, dia mengecupnya sekilas lalu mulai memakan jajanannya lagi. Alva mengusap kepala Fiana sambil kembali mengunyah.
"Alva.."
"Hm,"
"Boleh aku beli rok kayak dulu lagi?" Fiana menatap Alva setelah menjejalkan makanan dan mengunyah.
Alva terdiam. "Boleh, biar gampang buat gue," jawabnya santai.
Fiana mengerjap. "Gampang? Oh!" dia langsung tahu arahnya kemana.
"Oh apa? Ngerti emang?" Alva mendekat, mengecup gemas pipi Fiana dan mengunyel dengan bibirnya.
Fiana tersenyum malu. "Ngertilah, kamukan suka ke sana menjurusnya, apa lagi," balasnya pelan.
Alva tertawa pelan, dia endus gemas lalu memeluknya sekilas. "Kita makan lagi, terus pesen pakaian yang memudahkan gue," bisiknya usil.
Fiana menampol pelan lengan Alva. Alva melotot samar.
"Berani mukul ya?" Alva memeluk Fiana, mengecupi wajahnya, mengulum bibirnya sebentar lalu mengecupi wajahnya lagi.
"Ampun, Alva.."
"Heehhh! Ngapain kalian, ayo masuk.. Alva! Nanti masuk angin," Ayu memperingati keduanya.
Fiana segera mendudukan tubuhnya setelah Alva melepaskannya. Fiana jadi malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...