Fiana menatap Alva yang begitu jago berenang. Terlihat mudah, namun tidak bagi Fiana yang memiliki trauma.
Dulu, Tiara tidak menolongnya saat Fiana hampir tenggelam di kolam ikan milik tetangga saat di kampung.
"Trauma?" Ayu menautkan alis, baru tahu Fiana trauma berenang.
Fiana tersenyum tipis. "Kecelakaan kok, bund," jawabnya agar tidak semakin buruk keluarga yang sangat menyakitinya itu.
Alva pun melanjutkan berenangnya tanpa mengajak Fiana untuk berenang juga. Entah bisa sembuh atau tidak traumanya.
Kelak jika memiliki rumah sendiri, Alva akan mengajarkan Fiana melawan traumanya sambil modus juga bisakan.
"Alva baik sama kamu kan?" Fiki bertanya dengan senyum ramah.
Fiana tersenyum lalu mengangguk. "Baik, ayah." jawabnya.
"Bagus, kalau macem-macem, bilang sama bunda, bahkan ga usah sungkan ngadu sama ayah, yakan yah?"
Fiki mengangguk. "Kamu juga anak ayah sekarang, kalau Alva salah, ayah pasti bela kamu, yang sabar juga soal Renaya, ayah akan cari cara," balasnya.
Fiana tersenyum dengan kembali merasa beruntung.
Mereka bersantai ria hingga tidak sengaja Fiana terpeleset dan terjungkal ke dalam kolam. Sontak Fiana tenggelam dan heboh sendiri.
Alva yang masih berenang segera mendekat, mengangkatnya agar bernafas.
"Nafas!" bentak Alva saat Fiana tenggelam dalam rasa traumanya.
Ayu dan Fiki juga sama terkejut, bahkan pelayan yang datang mengantar cemilan juga panik.
Fiana membuka matanya, mencoba menenangkan diri. Nafasnya memberat sesak.
Alva segera mengangkat Fiana ke daratan, pelayan pun membantu mengangkat dan membelitkan handuk.
Alva memangku kepala Fiana, mengusap pipinya. "Hey! Sadar!" kesalnya.
"Ambil oksigen kecil!" Ayu segera memerintahkan pelayannya.
"Kita panggil amb—"
"Engga," potong Alva saat melihat Fiana mulai fokus dan bisa mengatur nafasnya walau masih agak terengah.
"Kenapa ceroboh sih sampe jatuh segala!" omel Alva.
Fiana mulai tenang, selang oksigen tetap Fiana pakai walau sebentar karena nafasnya sudah tidak sesak lagi.
Fiana menatap sekelilingnya. "Maaf," sesalnya.
"Gimana sekarang? Baikan?" tanya Ayu.
"Iya, kaget aja, maaf, yah, bund, Alva dan mba," cicitnya malu sendiri. Tapi dia sungguh sesak, rasanya saat jatuh dulu kembali terulang.
Dia hampir kehabisan nafas, rasanya menyeramkan.
Alva menyeburkan dirinya lagi ke kolam setelah Fiana sudah normal lagi. sebagai bentuk mengalihkan kekesalan dan rasa cemasnya yang tersisa.
***
Alva masuk ke dalam kamar dengan jubah handuk, Fiana terlihat baru selesai mandi karena memakai jubah handuk juga.
Fiana urung membuka jubah itu, dia akan menunggu Alva masuk ke kamar mandi. Tapi dugaannya salah.
Alva malah menyeretnya ikut ke kamar mandi.
"A-Aku udah mandi, Alva.." tolaknya namun tidak bisa menghentikan tubuhnya yang di bawa Alva hingga duduk di bathtub.
"Gue tahu, mandi dua kali emangnya kenapa?" Alva membuka tali jubah Fiana lalu mendaratkan bibirnya ke sebelah bulatan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...