Alva menekuk alisnya serius. Dia di pusingkan kuliah dan belajar bisnis kakeknya kini dia melihat Fiana turun dari boncengan laki-laki!
Alva mematikan rokoknya, dia bergegas turun ke lantai satu untuk langsung menyidang Fiana di tempat.
Bagus kalau masih ada laki-laki.
"Tahan, Al.." Ayu yang tahu dan bisa membaca jelas dia mencegah. "Muka kamu udah terpampang di mana-mana, jangan bikin skandal.. Dia temennya Fiana, bunda udah sering ketemu beberapa hari ini dan bunda yang minta buat terus anterin Fiana selama mereka kerja kelompok, dia anak temen bunda.." jelasnya.
"Bunda ga bilang!" Alva jadi marah pada bundanya.
Di saat dia sibuk dengan kakeknya, di pusingkan dengan semua hal yang dia tidak sukai kini Fiana dan teman laki-lakinya juga Alva tidak suka!
"Kamu lagi sibuk! Sopir antar bunda terus bolak-balik, Fiana ga ada yang jaga! Mending mana, orang yang bunda tahu, kenal atau gojek, atau naik angkot?"
Fiana yang baru masuk mengerjap. Alva dan Ayu terlihat seperti tengah bersitegang. Karena apa? Fiana jadi berdebar cemas.
Alva melirik Fiana tajam, menghela nafas kasar lalu kembali lagi ke kamar dengan kesal.
Fiana mengerjap. "A-ada apa, bunda?" lirih Fiana pelan.
"Cemburu,"
Fiana langsung paham, dia pun segera naik ke atas untuk menjelaskan dan meyakinkan Alva bahwa dia dan Billy hanya teman.
Ini juga pertama kalinya dia memiliki teman laki-laki.
"Alva.." Fiana meletakan buku dan tasnya begitu saja. "Jangan marah," mohonnya cemas terdengar manja.
Alva menatap Fiana tajam. "Gue ga marah sama lo, gue marah sama diri sendiri yang sibuk sampe ga tahu lo di anter cowok terus!" kesalnya.
Fiana mendekat, membelit leher Alva. Alva hanya diam menerima itu bahkan Fiana mengecup ringan pipinya.
"Temen kok, aku ga bisa duduk deket sama cowok lain, panas.." jujurnya.
Alva terhenyak samar. Apa Fiana juga merasakan kutukan itu?
"Panas?" Alva mengurai pelukan Fiana sedikit, membuat wajahnya dan Fiana berhadapan.
"Hm," angguk Fiana dengan lucunya. "Jangan marah lagi," lalu membelit leher Alva lagi dan menciumi pipinya.
Kalau sudah begitu mana bisa dia melanjutkan Marahnya. Fiana tidak akan kemana-mana, begitu pun dirinya.
***
"Mau ikut ke kantor?" Alva membereskan semua data yang dia bawa dari kantor kakeknya.
Alva juga memisahkan semua itu dengan tugas kuliahnya. Semakin dewasa sungguh melelahkan.
"Kantor kakek?" Fiana menutup tabnya, dia juga selesai mengerjakan tugas lalu menatap Alva yang masih membereskan itu semua.
"Hm," Alva bergumam tanpa melirik sang istri.
"Eng, ganggu ga?"
Alva menoleh. " Engga, biar bantu pijit, suka pegel," Alva meregangkan lengannya.
"Oke." Fiana tersenyum mau. "Besok aku ga ada jadwal, makanya hari ini aku pulang hampir malem," jelasnya.
Alva mengangguk. "Udah lama ga berduaan walau dibikin pusing sama data-data itu," keluh Alva seraya mendekat dan memeluk manja.
Fiana mengusap kepala Alva yang wajahnya kini terbenam di lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...