21. Bermain Game Romantis

47.3K 2.2K 33
                                    

Alva memapah Fiana untuk pergi meninggalkan rumah sakit. Kakinya hanya terkilir ringan.

"Lo bisa naik?" Alva melepaskan Fiana yang langsung berpegangan pada motor Alva.

Fiana mengangguk saja, dia akan berusaha.

Alva memakai helm full facenya lalu memasangkan helm pada Fiana. Alva pun naik.

Fiana berusaha naik perlahan, Alva membantunya, memegang tangan Fiana hingga benar-benar duduk nyaman.

Alva menyalakan motornya dan Fiana tanpa sadar memeluk Alva tanpa di suruh lagi. Dan tanpa sadar juga Alva tersenyum tipis sesaat setelahnya.

Motor pun membelah jalanan yang agak becek bekas hujan yang turun tidak lama. Baguslah. Alva dan Fiana tidak perlu ribet lagi memakai jas hujan.

Alva akan langsung pulang.

Fiana menatap beberapa jajanan saat motor Alva berhenti di lampu merah. Dia ingin tapi takut bilang, mana uang buat Melati agar tidak mengganggunya.

Alva tidak ngeh soal itu, tapi tiba-tiba dia menoleh melihat ada bakso bakar dan telur gulung. Wanginya menyapa hidung.

"Bentar," Alva membelokan motornya hingga terparkir di depan gerobak itu.

Fiana agak terkejut, seorang Alva mau jajan di pinggiran jalan? Bibir Fiana samar tertarik ke atas. Membentuk senyum tipis.

"Iya.. Beli 50 ribu, atur aja sama bapak,"

Alva menoleh pada Fiana. "Anwar sama Anton mau main bentar, lo mau?" tanyanya.

Fiana tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. Kebetulan sekali, dia juga mau. 

***

Alva menoleh saat melihat Fiana terus mengekorinya hingga ke dapur. Apa karena makanan di tangannya?

Dasar!

Alva meminta wadah pada pembantunya lalu menuangkannya sebagian, satu plastik berisi telur gulung yang ada 10 tusuk dia berikan pada Fiana yang berdiri patuh di sampingnya.

Lucu sekali.

"Apa lagi?" alis Alva bertaut galak khasnya. Perasaan dia sudah memberikannya.

"E-engga," Fiana pun pergi ke meja makan, duduk di kursinya. Ingin di bawa ke kamar takut Alva tidak suka.

Fiana pikir baso bakarnya juga dia akan mendapat jatah.

Alva membuka bagian bakso bakar, dia pun menoleh pada Fiana yang asyik makan jajanan itu. Bukankah Fiana tidak kebal pedas?

Alva baru ingat soal itu. Tapi dia abaikan, Fiana anteng memakannya.

Diamnya Fiana tadi ternyata menunggu jatah bakso bakarnya?

"Alvaaa..." suara Anton terdengar dari luar, pas sekali dia baru sampai.

"Udah ada bel, ngapain teriak, dasar orang utan," gumam Alva lalu menyimpan beberapa tusuk bakso bakar pada Fiana.

Fiana menerimanya dengan berbinar.

Alva mengusap sekilas kepala Fiana lalu pergi untuk menghampiri kedua sahabatnya yang tidak akan masuk jika tidak Alva hampiri. 

***

"Kalian sekamar?" Anwar melihat beberapa perubahan di kamar Alva.

Anton jadi ikut memperhatikan sekelilingnya juga. "Eh iya, sejak kapan meja lo berguna? Terus liat, ada barang cewek," tunjuknya pada beberapa tas Fiana yang dibelikan Ayu.

Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang