"Lo makin keliatan kaya aja," Melati menatap Fiana dari atas ke bawah. "Benerkan, lo punya peliharaan orang kaya.. Lo ngangkang buat dia biar dapet semua ini," tunjuknya pada sepatu baru yang di pakai Fiana.
Padahal Fiana tidak meminta itu. Sepatu itu hadiah dari bunda Alva. Sepatu pasangan walau Alva tidak memakainya ke sekolah.
"Aku ga kaya," Fiana mencicit dan canggung.
"Lo emang ga kaya, lo sangat miskin!" Melati mencemooh. "Lo deket sama Alva, apa dia yang kasih semua ini? Lo ngangkang sama dia?" senyum miring merendahkan terbit.
Fiana terlihat gelisah. Untuk bercinta memang melakukannya tapi bukan untuk mendapat semua barang mewah ini.
Dia hanya menjalankan tugasnya sebagai istri.
"Engga, aku cuma deket aja," Fiana kian mencicit tidak percaya diri. Dia benarkan kaca matanya sekilas.
"Ga usah so polos, so suci," Melati membuka ponselnya. "Lo jadi boneka Alvakan?" ponsel itu di arahkan ke depan wajah Fiana.
Fiana menahan nafas.
Ada dirinya yang berdandan malam kemarin dengan Alva yang merangkulnya mesra.
"Gue ga tahu apa yang Alva incer dari lo yang jelek ini," Melati menepuk pipi Fiana dengan senyum kecutnya. "Gue sebarin gimana ya?" tanyanya santai.
"Jangan!" Fiana berseru cepat. Bisa ramai satu sekolah. Dia datang pun dengan terpaksa. Alva tidak memberikan pilihan.
"Kalau gitu, lo setor uang ke gue! 200 sehari, Alvakan kaya.."
"Mel.. Aku ga—"
"Oh, lo mau gue sebarin?" potong Melati lalu menatap ponselnya. Pesan dari Anton muncul membuat Melati urung melanjutkan. "Pokoknya harus ada kalau lo ga mau foto ini nyebar!" ancamnya.
Fiana terlihat gelisah hampir menangis. Dia tidak mungkin bilang atau meminta uang jaminan itu.
Apa yang harus dia lakukan?
***
Alva mengedarkan pandangan. Kemana perginya Fiana? Dia melihat Putri namun tidak dengan Fiana.
"Manis banget ya,"
Alva melirik Anton.
"Putri, kok dia menarik ya.. Padahal cupu gitu.. Apa kita kena sindrom cupu? Kok asyik godain si bocil,"
Anwar menggeleng samar. "Hati-hati, ntar lo sakitin.. Anak baik kayak dia ga cocok sama buaya kaya lo," sambarnya.
"Lo cari Fiana, Al?"
Alva tidak menjawab dan memilih memakan makanannya.
Di tempat lain Fiana kebingungan. Bagaimana bisa dia besok membawa uang yang Melati mau. Dia di beri bekal seratus sehari, itu pun dengan merasa terbebani.
Fiana cukup lama duduk di closet. Hingga pada akhirnya memutuskan untuk pergi ke kelas tanpa ingin ke kantin untuk mengisi perut.
***
Fiana keluar kelas, berpisah dengan Putri di depan kelas karena harus ke perpustakaan sedangkan dia sudah di tunggu Alva di parkiran.
Fiana kembali gelisah. Bagaimana harinya besok, apa dia harus bilang pada Alva yang bisa saja memperkeruh keadaan?
"Aduh!" Fiana menyentuh keningnya yang menabrak punggung seseorang.
Anwar menoleh. "Eh, lo ga papa?" tanyanya.
"Eh? Eng-Engga," Fiana tersenyum sebiasa mungkin walau tetap canggung tak percaya diri.
"Alva udah di parkiran, kita keluar duluan jadi dia udah nunggu cukup lama, gih samperin, ntar ngamuk," ujar Anton.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)
RomanceKutukan Cinta #3 Alva menjadi satu-satunya perjaka di antara teman-temannya yang sudah beranjak dewasa. Bukan karena pergaulannya baik, dia juga sering minum-minum di club. Dia hanya tidak merasakan itu. Turn On. Sekali pun melihat video dewasa. Ba...