16. Ibu Impian Dan Jemari Lincah

57.8K 1.8K 17
                                    

"Udah bener-bener sehat?" Ayu bertanya pada Fiana yang baru turun dari kamarnya, sudah lengkap memakai seragam sekolah.

Fiana tersenyum lalu mengangguk kecil. Fiana masih perlu adaptasi. Dia mencoba menerima semua yang terasa asing ini.

Kasih sayang ibu contohnya. Selama dia hidup, dia tidak dapat itu. Mereka selalu membentak, memerintah dan memukulinya.

"Bagus, kalau masih sakit jangan di paksain ya," Ayu mengusap lengan Fiana sekilas.

Fiana tersenyum dan duduk di samping Alva.

Fiana terhenyak kaget dan refleks terpejam saat sendok nasi yang di pegang Alva melintasi wajahnya.

Fiana hanya waspada. Pengalamannya dulu membuat dia selalu takut jika ada benda melayang di wajahnya.

Bahkan Tiara sering melempar barang apapun jika sedang kesal pada Fiana yang tidak mematuhinya.

Alva terdiam, Ayu pun sama. Melihat refleks Fiana yang seperti merasakan trauma. Ayu paham soal itu.

Alva urung membawa nasi goreng itu.

"Lo ambilin, dikit!" perintahnya agak ketus. Bukan maksud marah pada Fiana, Alva hanya kesal melihat reaksi trauma pada Fiana entah kenapa.

Alva terganggu.

Ayu melirik Alva kesal, anaknya itu tidak bisa ramah apa sedikit. Harusnya membuat Fiana aman di sini bukannya patuh karena takut.

Ayu akan menegurnya jika ada kesempatan.

"Ayah mana, bund?" Alva bertanya sambil menatap jemari Fiana yang gemetar menyendokan sedikit nasi goreng untuknya.

Fiana menyimpannya di depan Alva setelah selesai.

"Duluan, ada meeting pagi ini, mendadak.."

"Kakek selalu aja gitu," balas Alva mulai mengaduk sarapannya. "mendadak," lanjutnya.

"Hm, kalau tahu kamu sama Fiana menikah mendadak, pasti ngamuk, padahalkan kakek kamu juga sukanya mendadak," kekeh Ayu.

Alva tersenyum tipis, Fiana hanya melirik keduanya dengan memakan sarapan perlahan agak canggung. Semua kemewahan di sini sungguh sulit membuat Fiana biasa.

"Pernikahan kalian pokoknya harus rahasia dulu,"

Fiana hanya diam mendengarkan. Jika semua keluarga Alva tahu, apa yang akan terjadi?

"Mereka cuma tahu, Fiana anak yang bunda adopsi. Mereka tahu kalau bunda mau sekali anak perempuan," Ayu tersenyum hangat pada Fiana.

Fiana balas tersenyum. Bagaimana bisa orang sekaya Ayu begitu ramah. Fiana merasa keberuntungannya yang selama ini hilang kini datang dengan begitu hebat.

Alva yang cuek, dingin agak galak namun royal dan perhatian. Fiana tidak tahu akan ada kejutan apa lagi dari Alva.

"Gimana jadwal belajar kamu sekarang?" Ayu menyudahi sarapannya dengan anggun.

Fiana juga berhenti karena biasanya tidak terbiasa sarapan pagi. Makan siang juga hanya di sekolah. Di rumah jarang makan.

"A—"

"Masih buruk!" respon Alva dengan lirikan kesal.

Belajar boleh, tapi berlebihan seperti Fiana rasanya Alva kesal. Bahkan selesai bercinta bukannya tidur dia malah belajar.

Alva harus menyeretnya dan membuatnya lelah lagi baru akan tidur dan melupakan belajarnya yang sepertinya belum mimisan tak akan berhenti.

Fiana menunduk tak berani bersuara lagi. Alva terdengar kesal. Mau bagaimana lagi, Fiana merasa gelisah jika tidak belajar.

Kutukan Cinta; Turn On (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang