Camelia berjalan sendiri dikoridor sekolahnya. Hari ini ia terpaksa pulang lebih lambat dari murid-murid lain karena harus mengurus ketertinggalannya, selama menjalani perawatan, bersama beberapa guru bersangkutan.
Saat berbelok diujung koridor, tiba-tiba Camelia dikejutkan oleh kehadiran sesosok pria muda dari balik tembok yang menyandarkan tubuhnya sambil bersedekap.
"Regas!" Camelia memukul lengan pria muda itu yang lantas terkekeh geli melihat raut wajah terkejut Camelia.
"Gue kirain hantu!"
Suara kekehan Regas terdengar semakin jelas, "Hari gini masih percaya sama begituan?"
Camelia mendelik tajam dengan tangan bersedekap.
"Gue sumpahin lo beneran ketemu hantu terus hantunya nempelin lo biar lo percaya!" Ucap Camelia. Meninju lengan Regas kuat-kuat.
Camelia berjalan begitu saja meninggalkan Regas yang lantas mengikuti langkahnya dari belakang sambil bersiul pelan.
"Kenapa lo belum balik?" Tanya Camelia sambil menuruni tangga sekolahnya. Sedikit terkejut saat melihat Regas yang mensejajarkan langkah mereka dan menggenggam tangannya. Menuntun Camelia untuk berhati-hati.
"Nungguin lo." Jawab Regas sambil mengedikkan bahu santai.
Camelia mengerutkan keningnya, "Ngapain nungguin gue? Gue kan bisa hubungin Pak Adi buat jemput disini."
"Tadi Pak Adi pergi bareng Papa. Gak tau pulang jam berapa. Mungkin juga pulangnya malem. Lo mau nungguin mereka balik dulu baru ngejemput lo disini, huh?" Ucap Regas yang membuat Camelia mengatupkan bibir rapat-rapat.
Kedua anak Adam dan Hawa itu berjalan menyusuri koridor sekolah mereka dalam diam. Sesekali masih terdengar suara siulan dari bibir Regas yang mengisi kesunyian diantara mereka.
"Tapi abis ini gue mau ke toko buku loh, Gas. Lo mau nemenin? Kalo nggak, gue pesen taksi online aja deh." Celetuk Camelia tiba-tiba setelah mereka terdiam cukup lama.
"Boleh. Gue temenin." Balas Regas. Kedua tangannya masuk kedalam saku celana panjang yang ia gunakan.
"Mampir ke kedai ice cream juga, boleh?" Camelia melirik pria tinggi disebelahnya penuh minat.
"Boleh."
"Ketempat lain buat jajan, boleh?"
"Hm, Mama gak bakalan ijinin lo buat jajan sembarang dulu, Lia."
"Tapi kata lo tadi ice cream boleh kok."
"Yang itu Mama jangan sampe tau."
Camelia mengulum senyuman senangnya. Padahal semua itu hanya akal-akalannya saja untuk mencairkan suasana sepi diantara mereka. Namun ide jalan bersama Regas ternyata terdengar cukup menyenangkan.
"Yaudah kalo gitu kita cari tempat ice cream dulu ya, baru ke toko buku!"
"Hm."
Tak!
Suara lirih benda yang terjatuh dan sekelebat bayangan hitam pada pojok koridor kelas 12 ketika Camelia dan Regas berjalan melewati koridor itu, membuat Camelia membulatkan mata terkejut.
"Gas... lo tadi lihat ada orang disana gak?" Tunjuk Camelia pada pojok koridor kelas 12 setelah ia menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.
"Huh? Gak. Gue gak lihat apa-apa." Regas mengerutkan keningnya bingung dan menatap arah jari telunjuk Camelia.
"Tapi tadi ada suara gitu dan ada yang lewat..." Seketika bulu kuduk Camelia meremang.
Suasana sekolah yang tadinya terasa baik-baik saja walau terlihat sunyi. Tiba-tiba berubah jadi horor dengan hawa dingin yang melingkupinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionNamanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal k...