"Papa mana, Ma?" Tanya Rian ketika tak menemukan sosok kepala keluarga mereka di meja makan pagi itu.
Dahlia menoleh kearah putra bungsunya dan tersenyum simpul.
"Subuh tadi Papa pergi ke Bandung, ngurus proyek yang ada disana." Jawab Dahlia sambil mengambil lauk yang ada diatas meja makan.
Andre terdengar menghela napas panjang sambil mengaduk-aduk sup ayam miliknya, "Papa masih marah soal semalem, Ma? Kok perginya gak pamitan? Biasanya juga pamitan walau harus ngebangunin kita yang lagi tidur." Celetuk Andre sambil menatap wajah Ibunya dengan lekat.
Dahlia terdiam ditempatnya, namun detik berikutnya wanita itu segera tersenyum lembut dan menggeleng pelan.
"Papa gak marah sama kalian. Justru Papa ngerasa bersalah banget sama kalian." Ucap Dahlia menatap anak-anak lelakinya satu-persatu, "Dan soal pamitan... Papa sempat pamitan sama kalian kok, tapi pas kaliannya masih lagi pada tidur. Papa gak tega buat bangunin kalian." Lanjut Dahlia sambil mengingat kejadian subuh tadi ketika sang suami memasuki masing-masing kamar anak-anak mereka untuk berpamitan walau anak-anaknya itu masih tertidur pulas. Pria itu tak tega harus membangunkan mereka semua apalagi ketika ia masih merasa bersalah kepada anak-anaknya.
Camelia mengunyah sarapannya dengan gerakkan lambat ketika mencerna percakapan diantara Ibunya dan Adik kembarnya.
Gadis itu lalu menghembuskan napas dengan suara yang agak keras sehingga menarik perhatian mereka semua.
"Soal semalem... itu salah Aku. Aku mau minta maaf sama kalian semua." Ucap Camelia pelan, ia lalu menatap ketiga saudaranya dengan tatapan lekat, "Aku mau minta maaf sama kalian. Papa marahin kalian karena aku."
Regas, Andre dan Rian menatap Camelia dengan berbagai tatapan yang berbeda. Datar, terkejut dan tak percaya.
"Huh?" Andre mendengus kasar setelah tersadar dari rasa terkejutnya, "Gak salah? Kakak minta maaf?" Remaja tanggung itu lalu tertawa mengejek kearah Camelia.
"Aneh banget. Pake minta maaf segala." Sahut Rian dengan dengusan kasar sebelum memasukan satu suapan nasi ke dalam mulutnya.
Regas hanya mendengus pelan dan memilih fokus pada sarapannya tanpa berniat membalas ucapan Camelia.
Dahlia menghembuskan napas pendek melihat respon anak-anaknya. Wanita cantik itu lalu menggenggam tangan kiri Camelia saat melihat gadis cantik itu menatap para saudaranya dengan tatapan sendu.
"Udah ya, Lia. Mereka pasti udah maafin kamu kok. Sekarang kamu makan ya." Dahlia tersenyum manis sambil mengelus surai panjang Camelia yang pagi itu dihiasi sebuah bando berwarna putih.
Camelia mencoba untuk menarik senyumannya dan mengangguk pelan menuruti ucapan sang Ibu.
Camelia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia pasti bisa mendapatkan maaf dari mereka semua dan membuat kehidupan mereka dapat disebut sebagai keluarga yang harmonis.
***
"Hari ini kalian berangkat bareng ya, Regas, Lia." Ucap Dahlia sambil membuka pintu mobilnya.
Regas yang hendak memakai helmnya sontak berhenti bergerak dan menoleh kearah Dahlia dengan kening berkerut.
"Kenapa harus bareng aku, Ma?" Regas lalu menoleh kearah Camelia dan menunjuk gadis itu, "Dia kan bisa berangkat bareng Mama dan si kembar."
Dahlia menghela napas lelah, "Gak bisa, Gas. Abis nganterin si kembar Mama mau ketemu sama klien butik. Lagian arah sekolah kalian dan si kembar juga berlawanan, kalo Mama nganterin Lia dulu bisa-bisa Mama telat. Maafin Mama ya Lia gak bisa nganterin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen Fiction[REVISI] Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan...