26

39.8K 2.4K 78
                                    

"Non Lia gak pa-pa, Non? Kelihatannya Non Lia lagi banyak pikiran? Ada masalah di sekolah ya, Non?" Tanya Pak Adi, supir pribadi keluarga Mahawirya.

Pria paruh baya itu merasa kebingungan dengan perilaku tak biasa anak majikannya yang terus menerus menatap keluar dari balik kaca jendela mobil dengan gestur tubuh yang terlihat gelisah.

Camelia yang merasa dirinya sedang ditegur, tersentak pelan dan segera menoleh kedepan, menatap supir pribadi Ayahnya yang sedang menatapnya lewat kaca cermin mobil.

"Saya gak pa-pa kok, Pak. Cuma kecapekan aja seharian banyak kegiatan di sekolah." Balas Camelia terlihat jelas sedang berbohong.

Pak Adi mengerutkan keningnya samar. Pria itu jelas tahu jika Camelia sedang menyembunyikan sesuatu. Namun ia yang hanya seorang bawahan tak mungkin memaksa anak majikannya itu untuk berbicara secara jujur padanya. Akhirnya Pak Adi hanya bisa menghela napas pelan dan mengangguk paham.

"Kalo lagi ada masalah sekecil apapun itu, diceritain sama Bapak dan Ibu aja ya, Non. Biar Non bisa merasa lega dan nemuin solusi untuk masalah Non Lia." Ucap Pak Adi menasehati.

Camelia menghela napas pelan mendengar ucapan pria paruh baya itu. Mana mungkin Camelia mau menceritakan masalah ini kepada Ayah dan Ibunya. Yang ada mereka akan merasa aneh dengan alasan tak masuk akal Camelia yang ingin menghalangi Kalula pergi ke pesta ulang tahun Naura.

Bahkan, Regas saja sampai mengecap Camelia sebagai gadis aneh dan menuduh Camelia mempunyai niatan buruk pada Kalula karena masalah itu.

~~~

"Ah! kalian disini ternyata!" Ucap Naura dengan senyuman mengembang mendekati orang-orang yang sedang duduk di bangku taman belakang sekolah mereka itu.

"Gue kirain lo bohongin kita, Gas, soal Dafrin dan Kalula yang lagi di taman belakang sekolah. Eh ternyata emang bener mereka lagi ada disini." Cassie terlihat terkikik geli sambil memukul pelan lengan Regas yang berdiri tepat disebelah gadis itu.

Regas terlihat tak bergeming atau berniat membalas ucapan Cassie. Tatapan pria muda itu malah terus mengarah pada sosok Camelia yang ada disana.

"Hm, kebetulan banget Kiel juga ada disini. Gue mau bagiin kalian undangan nih." Ucap Naura sambil mengangkat beberapa amplop undangan berwarna merah jambu yang ada di tangannya.

Lalu gadis itu segera membagikan undangan-undangan itu ke tangan Kalula, Kiel dan Dafrin.

"Jadi, undangan ini yang lo maksud tadi, Ya?" Celetuk Dafrin sambil mengangkat undangan Naura kehadapan Camelia.

Camelia tersentak pelan dan menatap pria itu sambil menelan ludah kasar.

"Lo berniat ngehalangin Kalula buat gak ngehadirin pesta ulang tahun temen lo sendiri? Kenapa? Lo takut kalo Kalula hadir disana dan gangguin pesta kalian? Lo malu sama kehadiran Kalula, Ya? Ck, Gak nyangka gue. Gue kirain lo udah berubah dan nganggep Kalula sebagai temen lo sendiri. Tapi ternyata lo masih sama aja kayak yang dulu, Ya. Picik!" Lanjut Dafrin dengan dengusan sinis.

Mendengar ucapan Dafrin, sontak semuanya mengarahkan tatapan mereka kearah Camelia dengan lekat.

Kalula menatap Camelia dalam diam, namun terlihat jelas jika tatapan gadis itu mencerminkan kesedihan.

Camelia dengan cepat menggelengkan kepalanya dan membantah ucapan Dafrin.

"Gue gak bermaksud kayak gitu! Gue udah anggep Kalula lebih dari sekedar temen buat gue, Daf! Jadi please, jangan ngomong kalo gue nganggep kehadiran Kalula itu buat gue malu! Itu gak bener! Please, La, lo harus percaya sama gue." Camelia segera meraih tangan Kalula dan membuat gadis itu tersentak kaget.

CAMELIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang