Ceklek!
Bagas mendongak saat mendengar suara pintu ruangannya yang terbuka.
Senyuman lebarnya pun terbit seketika saat melihat kedatangan sang belahan jiwa.
Cup!
Cup!
Bagas menerima ciuman sayang dari Dahlia di kedua pipi, yang segera ia balas dengan kecupan dalam di kening wanitanya.
"Kamu udah makan siang?" Tanya Dahlia dan tak ragu untuk duduk diatas pangkuan Bagas.
Bagas segera meraih pinggang ramping wanita itu dan memeluknya dengan erat.
"Udah. Aku udah abisin bekal dari kamu, sayang." Balas Bagas yang tak menyia-nyiakan kesempatan mengambil kecupan singkat di bibir sang istri.
Dahlia tersenyum manis menerima kecupan itu.
"Tumben kesini. Kerjaan kamu di butik udah selesai, hm?" Tanya Bagas menatap mata Dahlia lekat.
"Hum, udah gak ada lagi kerjaan aku di butik. Rancangan gaun yang lagi aku buat juga udah 95% selesai. Tinggal finishing nya aja. Besok juga bakalan selesai semua kok. Aku bosen di butik mulu, makanya datengin kamu." Balas Dahlia sambil mengelus tengkuk suaminya seduktif.
Bagas memejamkan matanya menerima ransangan sang istri. Pria itu lantas menggeram pelan dan menatap lekat mata Dahlia.
"Dahlia stop! Kamu lagi 'dapet', aku bisa kelimpungan kalo kamu giniin." Protes Bagas namun tak juga menyingkirkan tangan Dahlia yang bermain-main ditubuhnya.
Dahlia terkekeh pelan melihat raut tersiksa sang suami. Lantas wanita itu segera turun dari pangkuan Bagas dan berjalan menuju sofa yang ada diruangan itu.
Ia mengambil sebuah majalah yang ada diatas meja tamu Bagas yang sengaja ia sediakan disana. Dan mulai membaca isinya.
Bagas bergerak pelan bangkit dari kursi kekuasaannya dan mendekati Dahlia yang ia ketahui sedang berpura-pura fokus membaca majalah di tangannya.
Ada sesuatu yang berbeda dari diri wanita itu yang lantas membuat Bagas paham jika sang istri saat ini sedang memikirkan sesuatu yang berat.
"Ada apa, sayang? Kamu lagi mikirin apa? Kalo kamu mau cerita sesuatu sama aku, cerita aja. Aku akan selalu siap buat dengerin apapun keluh kesah kamu." Ucap Bagas sambil menyampirkan helaian rambut Dahlia yang di urai bergelombang oleh pemiliknya.
Dahlia tertegun mendengar ucapan sang suami. Lantas ia menoleh kearah Bagas dan menatap pria itu dengan tatapan sendu.
"Bagas. Apa kamu... juga merasakan sesuatu yang aneh saat melihat adik kelas Camelia dan Regas itu?" Tanya Dahlia pelan dengan raut resah yang tak bisa ia sembunyikan lagi.
"Sudah tiga hari berlalu sejak pertemuan kita dengan anak itu. Tapi aku tetap gak bisa berhenti buat mikirin dia. Apa ada yang salah dari diriku, Bagas?" Lanjutnya pelan.
Keheningan terjadi diantara mereka. Bagas terdiam kaku memikirkan ucapan Dahlia. Sedangkan Dahlia masih menampilkan raut resahnya.
Helaan napas panjang terdengar dari belah bibir Bagas.
"Jujur. Aku juga gak bisa berhenti buat mikirin dia, sayang. Aku gak tau kenapa... tapi, aku ngerasa dia terlihat seperti... Lily, putri kita yang hilang." Ucap Bagas dengan tatapan kerinduan yang terpancar jelas dimatanya saat memikirkan putri mereka yang telah lama menghilang.
Dahlia tersenyum lega saat mendengar ucapan Bagas yang ternyata sependapat dengannya.
"Aku juga, ngerasa kalo anak itu terlihat seperti Lily." Dahlia menggenggam tangan Bagas dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionNamanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal k...