04

58.3K 3.2K 10
                                    

"Gimana kegiatan di sekolah kalian hari ini? Gak ada kendala kan?"

Pertanyaan itu berasal dari Bagas yang sedang memerhatikan ketiga putranya dengan kesibukan masing-masing.

"Lancar, Pa." Jawab Andre sambil memperlihatkan jempol tangan kanannya yang segera disetujui Rian. Kedua anak remaja tanggung itu kini sedang bermain game di ponsel berlogo apel tergigit mereka.

Bagas lantas menoleh kearah Regas yang sibuk memerhatikan tayangan televisi di hadapan mereka sambil menopang kepala bagian kirinya dengan sebelah tangan.

"Bagaimana kegiatan kamu, Gas? Gak ada masalah kan?" Regas menoleh kearah Bagas yang sedang menatapnya. Pria muda itu lalu memperbaiki posisi duduknya dan mengangguk, "Iya, gak ada masalah, Pa."

"Kerjaan kamu?" Tanya Bagas lagi menyinggung pekerjaan Regas. Pria itu memang telah memberikan amanah sedikit demi sedikit kepada putra sulungnya dengan sebuah pekerjaan semenjak sang putra sulung telah memasuki kelas 11 SMA. Hal itu bertujuan untuk melatih rasa tanggung jawab dan mental Regas sehingga pria muda itu tidak akan kewalahaan lagi ketika suatu hari nanti disaat ia telah cukup umur untuk mengurus perusahaan keluarga mereka.

Regas kembali menganggukkan kepalanya singkat sebagai jawaban kepada sang Ayah.

Bagas tersenyum bangga melihat balasan itu. Huh, dia memang tidak salah dalam menilai jiwa kepemimpinan yang telah tertanam dalam diri Regas, bahkan ketika pria muda itu masih sangat kecil.

"Kalian lagi ngomongin apa sih? Kok serius amat?" Ucap Dahlia yang datang sambil membawa sebuah nampan berisi tiga toples kecil biskuit. Sedangkan Camelia yang berada dibelakangnya membawa sebuah nampan berisi gelas jus untuk seluruh anggota keluarga mereka.

"Papa cuma lagi nanyain soal kegiatan anak-anak disekolah, Ma." Balas Bagas sambil menarik Dahlia untuk segera duduk disampingnya. Pria dewasa itu lalu mencium pipi sang istri dengan sayang yang membuat istrinya berdecak dengan wajah malu.

Camelia yang melihat keromantisan kedua orang tuanya sontak saja tersenyum dengan manis. Ini adalah momen yang paling ia rindukan pada kehidupan keduanya dulu. Keromantisan kedua orang tuanya dan kehangatan sebuah keluarga.

Bukan berarti Camelia tidak mendapatkan momen yang sama seperti ini dari anggota keluarganya dalam kehidupan keduanya dulu. Tentu saja ia juga menemukan momen yang sama seperti ini disana. Namun sayangnya kehangatan itu tidak berlangsung lama untuk ia rasakan, karena kedua orang tua Camelia yang ada di dunia itu harus terenggut nyawanya dalam sebuah kecelakaan pesawat tepat ketika Camelia berulang tahun ke-12 tahun. Dan itu adalah hal yang paling menyedihkan kedua dalam hidup Camelia. Selain kehilangan cinta dari Dahlia dan Bagas.

"Camelia? Kenapa cuma berdiri disitu aja, sayang? Sini duduk bareng Mama dan Papa." Ucap Dahlia menyadarkan Camelia dari lamunannya sambil menggerakkan tangan memanggil Camelia.

Camelia tersenyum cerah dan mengangguk semangat sebelum mendekati Dahlia dan Bagas.

Lalu gadis itu duduk diantara Dahlia dan Bagas ketika kedua orang tuanya memberikannya sebuah space diantara mereka.

"Gimana kegiatan sekolah kamu hari ini, sayang? Lancar? Menyenangkan?" Tanya Dahlia sambil mengelus rambut panjang Camelia yang terurai.

"Eum, Iya, Ma." Jawaban Camelia membuat Dahlia serta Bagas tersenyum lembut.

"Beneran? Kamu gak ngejahilin guru kamu lagi kan?" Tanya Dahlia iseng yang membuat Camelia cemberut, "Nggak, Ma."

"Ck, bohong tuh, Ma. Pasti tadi di sekolahnya Kak Lia buat masalah lagi. Dia kan ratu masalah di sekolahnya, pasti ada aja masalah yang Kak Lia buat, gak mungkin gak ada. Iya kan Kak Regas? Kak Regas pasti udah nyelesaiin masalah Kak Lia kayak biasanya kan Kak?" Celetuk Andre sambil tersenyum miring kearah Camelia dan menatap Regas penuh harapan agar kakak sulungnya itu mau membenarkan ucapannya.

CAMELIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang