40

39.8K 2.6K 119
                                    

"Kamu gak pa-pa, Nak?"

Kalula tersentak mendengar suara Bunda Rita dan sentuhan ringan pada lengannya.

Gadis itu lantas menoleh dan tersenyum kaku pada Bunda Rita.

"Gak pa-pa kok, Bun. Ada apa, Bun?"

Bunda Rita menatap lekat pada Kalula yang menunggunya berbicara. Wanita itu lantas menghela napas pelan.

"Kalo ada sesuatu yang ganggu pikiran kamu cerita aja ya, Nak. Jangan disimpen sendiri. Itu masakan kamu hampir gosong karena kamu sibuk ngelamun dari tadi." Bunda Rita segera mengambil spatula dari tangan Kalula dan mengangkat ayam goreng yang hampir gosong pada penggorengan.

Kalula terdiam kaku dengan kepala yang menunduk malu, "Maaf, Bunda."

Bunda Rita kembali menatap Kalula dengan tatapan yang melembut.

"Kamu kepikiran sama ucapan Bunda semalem tentang keluarga kandungmu ya, Nak? Kamu masih gak bisa percaya kalo mereka bakalan dateng hari ini untuk menjemput kamu?" Bunda Rita bertanya dengan nada pelan. Tangannya terulur mengusap surai Kalula dengan sayang, "Bunda tahu kamu pasti kepikiran soal itu kan, sayang?"

Bunda Rita menghela napas pelan, "Kamu harus tahu Kalula. Keluarga kandungmu adalah orang-orang yang baik. Selama ini mereka terus mencari keberadaanmu tanpa kenal lelah. Mereka sangat menyayangi kamu, kalo mereka gak sayang sama kamu gak mungkin sejak belasan tahun lalu mereka terus mencarimu. Percaya sama Bunda. Kamu akan mendapatkan kebahagiaan jika kembali kepada mereka, sayang." Ucap Bunda Rita penuh pengertian.

"Tapi Bunda... gimana kalo ternyata Kalula gak sesuai sama harapan mereka nanti? Gimana kalo Kalula malah nyusahin mereka disana?"

Bunda Rita menutup matanya sejenak lalu kembali menatap Kalula yang terkena serangan cemas berlebihan.

"Bunda tahu Kalula bukan anak yang seperti itu, sayang. Kamu anak yang mandiri, pekerja keras dan sangat pengertian. Kamu bisa buat mereka bangga punya anak seperti kamu, sayang. Bunda yakin itu. Jadi sekarang berhenti ya Nak berpikiran yang macem-macem. Karena mereka juga udah tau Kalula itu anak yang seperti apa." Elusan sayang terasa dikepala Kalula. Bunda Rita tersenyum penuh arti menatapnya.

"Sebentar lagi mereka akan sampai. Bunda rasa kamu akan terkejut saat bertemu mereka." Ucap Bunda Rita penuh arti.

Kalula mengerutkan keningnya kebingungan, "Maksud Bunda apa?"

Kekehan geli terdengar dari belah bibir wanita tua itu, "Kamu akan ngerti maksud Bunda saat bertemu mereka nanti. Udah ya, kamu lanjut masak aja. Ingat, jangan sampai gosong lagi." Bunda Rita mencubit pelan ujung hidung Kalula yang menatapnya dengan tatapan penasaran.

Lalu wanita itu berjalan meninggalkan Kalula sendirian didapur yang kembali berkutat pada kegiatan memasaknya, dan sesekali tatapan mata gadis itu mengarah pada pintu tempat Bunda Rita menghilang.

***

Mobil hitam itu berhenti tepat didepan panti asuhan dengan papan nama 'Bunda Kasih' yang ada didepannya.

"Loh? Pantinya beneran disini, Ma? Ini kan panti nya Kak Lula." Celetuk Andre sambil mengeluarkan wajahnya dari balik kaca mobil untuk melihat sekeliling panti itu yang terlihat banyak sekali anak kecil berlarian.

Dahlia tersenyum lebar dan menoleh kebelakang untuk menatap anak-anaknya, "Hum, disini tempatnya. Saudara kalian ada disini."

"Tapi, Ma. Disini isinya anak kecil semua loh."Andre mengerutkan keningnya kebingungan.

"Emang gak ada orang gede tinggal disini?" Tanya Rian.

"Eum, ada sih. Pemilik panti sama dua Kakak cantik yang ngurus anak-anak panti, udah pada gede tuh." Balas Andre.

CAMELIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang