"Sudah kubilang buang saja anak sialan itu! Dia hanya akan jadi penghalang untuk keluarga kita!"
Seorang wanita terlihat berteriak marah kepada sang suami yang terlihat frustasi dihadapannya.
"Laura diam!" Suaminya balas membentak dengan tatapan marah.
"Kau yang harusnya diam Geraldo! Kau sudah membawa anak tak berguna kerumah kita!" Laura menatap nyalang suaminya.
Gerald menarik sebelah alisnya keatas dengan senyum mengejek.
"Apa kau bilang? Rumah kita? Hahaha ini rumahku Laura. Terserah padaku ingin membawa siapa saja kerumahku ini! Dan kau tutup saja mulut sialanmu itu!"
Laura mengepalkan sebela tangan dengan wajah memerah kesal mendengar ejekan Gerald.
"Ya! Memang benar ini rumahmu! Tapi jika bukan karena diriku kau pasti sudah kehilangan semua yang kau miliki saat ini, Gerald! Jadi tutup mulut angkuhmu itu!"
Kali ini Gerald lah yang mengepalkan tangan dengan tatapan marah.
"Jadi maumu apa sekarang? Membuang anak sialan itu? Lalu kau akan mencari anak laki-laki yang ada didaftar warisan? Huh! Kau pikir akan semudah itu mencarinya? Bagaimana jika dia telah mati?! Semua warisan itu akan jatuh kepada orang lain!" Ucap Gerald dengan tatapan marah.
Laura menggigit bibir bawahnya dengan gusar. Ya, tidak ada kepastian jika anak laki-laki yang mereka cari masih hidup luaran sana. Akan sangat bahaya jika anak itu benar-benar telah tiada dan anak yang ada pada mereka tidak mematuhi ucapan Gerald ataupun Laura.
"Terus kita harus bagaimana sekarang, Do? Aku sudah muak melihat wajah pembangkang anak sialan itu! Dia hanya bisa merepotkan kita dan putri kita!... " Seketika Laura terdiam saat wajah sang putri melintas diingatannya.
"Gerald. Bagaimana dengan putri kita, Leira? Kita bisa memanfaatkannya! Ya! Gunakan saja putri kita!" Ucap Laura yang membuat Gerald mengerutkan kening kebingungan.
"Maksudmu?"
Laura berdecak kesal dengan mata memicing, "Gunakan saja Leira untuk menggantikan posisi anak sialan itu! Mereka seumuran kan? Leira past bisa menggantikan posisi—" Ucapan Laura terhenti saat mendengar suara tawa membahan suaminya.
"Apa katamu? Hahaha kau mau menggantikan posisi Luna pada Leira anak penyakitan yang sialannya putri kita itu? Jangan bodoh Laura! Sahabat Ayah hanya akan semakin curiga kepada kita jika pria tua itu melihat kita membawa anak dengan tubuh lemah! " Ucap Gerald dengan tatapan nyalang.
Laura tergagap dengan kerutan geram dikeningnya saat mendengar putri kesayangannya mendapat hinaa dari Ayahnya sendiri.
"Kita coba saja dulu, Do. Mungkin saja sahabat Ayah tidak akan menyadari jika anak yang kita bawa kehadapannya bukanlah Luna, tapi Leira."
Gerald terdiam saat mendengar bujukan sang istri. Kedua sudut bibirnya terlihat tertarik keatas dan membalas tatapan Laura yang terlihat berbinar mengira dirinya telah terpancing dengan bujuk rayu sang istri.
Namun senyuman itu segera memudar dan tergantikan dengan dengusan sinis.
"Ck, jangan bodoh, Laura! Sahabat Ayah sangat tahu jika Luna bukanlah anak yang memiliki penyakit mematikan seperti Leira!" Ucap Gerald sambil memutar bola matanya kesal.
Laura segera membanting sebuah gelas yang ada didekatnya untuk melampiaskan kekesalan.
"Luna! Luna! Luna! Sialan! Anak itu sudah mati! Dia sudah mati! Tak ada lagi gadis bernama Luna dikeluarga kita Gerald!" Ucap Laura sebelum berbalik arah dan membanting semua yang dapat ia jangkau.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionNamanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal k...