"Wah bangsat! Tuh cewek bener-bener culas ya!" Maki Bayu sambil memandang kilasan rekaman CCTV yang berhasil mereka dapatkan.
"Bukannya bersyukur udah dikasih umur panjang sama Tuhan, eh malah mau ngehancurin hidup orang lain di hari ulang tahunnya sendiri!" Ucap Bayu dengan decakan sinis melihat hasil rekaman yang menampilkan sosok Naura yang sedang memberikan sesuatu kepada Arlan saat keduanya tengah berada di pintu darurat.
"Apa masih ada bukti rekaman lainnya?" Tanya Regas sambil menoleh kearah Raden dan Kiel.
Raden segera mengangguk, "Ada. Kita masih punya satu bukti rekaman lagi yang bakalan ngeberatin tuntutan Arlan." Raden segera menghentikan bukti rekaman pertama dan membuka rekaman lainnya.
"Ini bukti rekaman kedua. Disini Arlan terlihat jelas berusaha buat nahan Kalula dan ngebekap Kalula pake sapu tangan yang udah dia kasih obat bius, sebelum dia bawa Kalula ke kamar hotel itu." Jelas Raden.
Sontak Dafrin yang melihatnya menggeram marah dengan tangan mengepal erat, "Brengsek! Gue harus bunuh bajingan itu!"
Regas mengerutkan keningnya dalam, "Apa hanya ini? Bagaimana dengan Lia? Apa yang terjadi sama dia sampai dia bisa ada di dalam kamar hotel itu juga?" Tanya Regas.
Raden dan Kiel saling berpandangan sebelum menggelengkan kepala mereka bersamaan.
"Kita gak nemuin hasil rekaman CCTV itu, Gas. Hanya dua rekaman CCTV ini yang berhasil didapetin sama pihak hotel. Gue sama Raden juga udah ngelihat sendiri hasil rekaman CCTV lainnya yang udah pada rusak. Gak tahu kenapa." Balas Kiel sambil mengedikkan bahu.
Regas menghela napas lelah sambil menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa.
"Yaudahlah, Gas. Dua rekaman ini juga bisa dijadiin bukti buat keculasan mereka berdua. Kita bisa segera jeblosin Arlan ke penjara dan Naura pastinya juga dapat imbasnya." Celetuk Bayu.
"Gue setuju sama omongan Bayu. Kita gak perlu nyari bukti lainnya lagi buat jeblosin Arlan ke penjara. Dua bukti ini aja juga udah cukup." Kiel menatap Regas lekat, lalu menghela napas lelah, "Gue cuma mau Lia dan Lula segera dapetin keadilan, Gas. Bisa gue bayangin gimana terlukanya Lia nanti saat dia bangun dan tahu bajingan itu belum di jeblosin ke penjara! Dan Naura mungkin bakalan bebas berkeliaran di sekitar Lia tanpa ngerasa bersalah. Atau malah dia bakalan ngerencanain hal yang lebih mengerikan lagi buat Lia atau Lula."
Regas segera membuka matanya dan menatap Kiel cukup lama dengan tatapan datar. Pria itu lantas bangun dari sofa yang ia duduki dan menarik jaket miliknya diatas sandaran sofa.
"Lo bener. Dua bukti ini aja udah cukup buat kita." Regas menoleh dengan seringaian lebar.
Kemudian pria itu segera berjalan mendekati pintu markas mereka sambil memakai jaketnya. Namun sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan tempat itu, Regas kembali menoleh dan menatap teman-temannya yang ada disana.
"Simpan bukti itu baik-baik. Bisa aja seseorang berubah pikiran dan ngilangin bukti itu juga." Ucap Regas dengan senyuman miring, lalu melambaikan tangannya dan berjalan meninggalkan teman-temannya yang sedang termenung.
"Huh? Maksud Regas apa? Gue gak ngerti." Bayu menggaruk kepalanya dengan kerutan yang tercetak jelas dikeningnya.
Kiel mendengus pelan sebelum mengetuk kepala sahabatnya itu, "Makanya jadi orang jangan bego-bego amat." Ucap Kiel yang membuat Bayu mendelik sinis.
"Kurang aja ya mulut lo. Udah ah, gue mau pergi juga." Ucap Bayu sambil menarik jaketnya yang tergeletak diatas lengan sofa.
Kiel, Raden dan Dafrin hanya mendengus pelan melihat kepergiannya dengan wajah kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen Fiction[REVISI] Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan...