30

42.3K 2.5K 120
                                    

Dahlia memeluk tubuh Bagas dengan erat. Sepasang suami istri itu kini tengah berbahagia setelah membaca isi dari hasil tes DNA yang telah mereka nantikan.

"Jadi... benar jika Kalula adalah anak kami, Dok?" Tanya Bagas lirih dengan degupan kencang.

Dokter yang menangani tes DNA itu dan didatangkan langsung oleh anak buah Bagas ke tempat itu, mengangguk mantap sembari tersenyum lebar.

"Benar, Pak. Dalam surat tersebut sudah tertulis jika anak yang bersangkutan memang benar mempunyai hubungan darah dengan Bapak dan Ibu. Saya juga bisa menjamin 100% jika hasil tes DNA tersebut adalah valid. Dan jelas ini membuktikan bahwa anak yang bersangkutan adalah putri kandung Bapak dan Ibu." Jelasnya.

Dahlia menoleh dan menatap Bagas dengan tatapan haru serta isakan penuh kebahagiaan.

"Hikss Bagas hikss putri kita..." Dahlia kembali memeluk Bagas erat dan menyembunyikan tangisan harunya dalam dada bidang sang suami.

Bagas mengulum senyuman kebahagiannya. Pria itu tak mampu berkata-kata lagi, dan hanya bisa memandang orang-orang dihadapannya dengan mata berkaca.

Akhirnya, setelah penantian panjang dan juga perjuangan mereka untuk mencari sang putri yang telah lama menghilang. Kini usaha mereka telah membuahkan hasil yang membahagiakan. Putri mereka akhirnya kembali. Tinggal selangkah lagi keluarga Bagas dan Dahlia akan kembali utuh.

"Terimakasih, Dok. Terimakasih karena sudah membantu kami untuk melakukan tes ini." Ucap Bagas penuh haru dan tersenyum tulus.

Sang Dokter mengangguk cepat, ikut merasa bahagia melihat pancaran kebahagiaan yang berasal dari pasangan suami istri dihadapannya.

"Sama-sama, Pak. Saya turut senang dapat membantu Bapak dan Ibu menemukan titik terang dari penantian panjang Bapak dan Ibu selama ini. Saya ucapkan selamat kepada Bapak dan Ibu, karena sebentar lagi keutuhan keluarga kalian akan segera tercapai."

Bagas dan Dahlia mengangguk singkat dengan senyuman lebar dibibir mereka.

"Sekali lagi terimakasih, Dokter." Ucap Dahlia.

"Iya, Bu. Yasudah kalo begitu, karena urusan saya disini telah selesai. Saya pamit undur diri dulu." Pamit sang Dokter sambil berdiri dari atas sofa yang ia duduki.

Bagas dan Dahlia segera ikut berdiri dari sofa yang mereka duduki dan menjabat tangan sang Dokter.

"Hati-hati dijalan, Dok. Maaf karena kami telah menyita waktu istirahat Dokter malam ini." Bagas menjabat tangan sang Dokter yang segera menyambut uluran tangannya dengan ramah.

"Tidak apa-apa, Pak. Ini semua termasuk dalam tugas saya. Kalo begitu saya permisi dulu."

"Mari, Dok. Saya antarkan." Anak buah Bagas segera menuntun jalan sang Dokter dan pergi dari ruangan tersebut meninggalkan pasangan suami istri yang kini tengah berbahagia itu.

"Bagas hikss anak kita... Lily kita hikss... S-sebentar lagi... kita akan menjemputnya pulang hikss" Isak Dahlia sambil meremas punggung kemeja sang suami.

"Iya, sayang. Kita akan menjemput Lily pulang. Pulang bersama kita dan berkumpul lagi dengan semua anggota keluarga kita." Bagas yang sedari awal berusaha keras menahan isakkannya, kini terlihat begitu lemah dengan lelehan air mata yang telah bercucuran sambil mencium kening istrinya berulang kali.

"Besok kita pulang ya. Aku mau ketemu Lily secepatnya. Aku mau lihat Lily." Dahlia mendongak dan menatap wajah Bagas dengan tatapan sendu. Jemari wanita itu bergerak pelan menghapus lelehan air mata di kedua pipinya.

Bagas ikut menyeka lelehan air mata dipipi sang istri sambil tersenyum lembut, "Iya, sayang. Besok kita pulang." Pria itu lantas kembali mencium kening sang istri menyalurkan kehangatan.

CAMELIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang