"Kak, ayo!"
Kalula menarik tangan Camelia sambil berlari menyusuri koridor SMA mereka menuju lapangan indoor yang kini dipenuhi oleh hampir seluruh murid di SMA BIMA JAYA.
Hari ini akan dilaksanakan pertandingan bola basket antara kelas 12 melawan kelas 11, sebagai bentuk perpisahan dari team basket kelas 12 yang hari ini akan secara resmi mengundurkan diri dari team basket sekolah, karena setelahnya mereka akan fokus pada pendidikan sebelum menempuh studi kejenjang yang lebih tinggi.
"Permisi! Permisi!"
Camelia mengikuti langkah Kalula yang masuk disela-sela murid lainnya demi mendapatkan spot yang jelas untuk menonton pertandingan bola basket.
"Wah! Untung kita tepat waktu, Kak. Pertandingannya hampir dimulai!" Kalula berseru setelah mereka mendapatkan dua tempat duduk kosong yang dapat dengan jelas memperlihatkan keseluruhan lapangan indoor disekolah mereka.
Priitt!
Suara peluit yang ditiup oleh seorang guru olahraga menandakan pertandingan telah dimulai.
Suara decitan sepatu dan hentakan bola basket yang memukul lantai lapangan terdengar beriringan dengan sorak-sorakkan para murid yang memberikan dukungan pada masing-masing team favorite mereka.
Camelia melihat dengan jelas bagaimana kelincahan dari masing-masing team dalam memperebutkan sebuah bola dan mengiringnya menuju area lawan sebelum melempar bola dan memasukkan bola tersebut kedalam ring demi mendapatkan sebuah nilai.
Sorak-sorakkan semakin terdengar riuh saat team kelas 12 berhasil mencetak skor diawal pertandingan yang dilakukan oleh Regas.
Camelia tersenyum lebar menonton pertandingan itu. Matanya kembali bergulir mengamati setiap gerakan yang dilakukan oleh kedua team itu dengan berbagai gaya dan formasi yang nampak keren dimatanya. Camelia sama sekali tak mengerti apapun tentang bola basket. Ia hanya akan ikut berseru heboh bersama yang lain saat mendengar orang-orang disekitarnya berseru tentang point yang kedua team itu dapatkan. Meski Camelia condong berseru bila yang memberi point berasal dari kelas 12.
'Anjir! Mata gue gak bisa beralih setiap Regas lompat terus perutnya kelihatan! Hawtt banget!'
'Setan mesum!'
'Eh tapi bener! Badan Regas tuh bagus banget woi! Perutnya kotak-kotak pengen gue elus-elusin.'
'Ini lagi satu ngikut-ngikutin si setan, mesumnya. Dahlah kalian berdua sama aja!'
Murid-murid disamping Camelia lantas tertawa geli terhadap satu sama lain.
Camelia diam-diam mendengar obrolan itu dan matanya bergerak tanpa diperintah untuk menyaksikan apa yang mereka ucapkan. Kedua pipi Camelia lantas memerah padam saat menyaksikan dengan jelas bentuk badan Regas yang kini terekspos saat pria muda itu dengan sengaja mengangkat jerseynya untuk melap keringat.
Seolah merasa diamati, Regas lantas mendongak dan tatapannya langsung jatuh bertubrukan dengan manik mata Camelia yang segera terkejut saat melihat Regas yang menatapnya lekat. Ditambah senyuman dari pria muda itu, Camelia merasa kedua pipinya semakin merona semerah tomat.
'Wahh!! Regas ngelihatin gue woi! Regas naksir gue nih kayaknya!'
'Najis! Regas ngelihatin gue kali! Gue kan lebih cantik dari lo!'
'Najis lo berdua! Regas ngelihatin gue kali! Mana ada Regas tergoda cewek centil macem kalian? Dia mah suka cewek kalem macem gue lah!'
'Dih! Najis amat!'
'Hueekk!'
Murid-murid disamping Camelia kembali tertawa dengan ucapan konyol mereka tantang Regas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen Fiction[REVISI] Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan...