Dahlia menghela napas pelan sambil menatap sendu kearah Camelia yang terlihat termenung menatap pantulan cahaya matahari yang masuk kedalam ruang perawatannya melalui cela gorden rumah sakit dari atas ranjang rawatnya.
Sejak semalam, gadis itu terus menatap kosong ke satu arah, setelah sempat mengalami panic attack atau gejala trauma singkat saat baru terbangun dari tidur panjangnya karena mengingat kejadian yang terakhir kali ia alami sebelum mengalami tidur panjang.
"Sayang, makan dulu yuk buburnya. Mama suapin sini." Ucap Dahlia sambil mencoba tersenyum dan mengelus punggung tangan Camelia.
Camelia menoleh kearah sang Ibu dengan tatapan sayu, ia lalu menggeleng pelan pertanda tak ingin memakan apapun saat itu.
"Makan yuk, Nak. Lia belum makan loh dari semalam. Mama sedih kalo kamu kayak gini terus." Ucap Dahlia serak dengan tatapan sedihnya.
Mata Camelia terlihat bergetar pelan mendengar ucapan Ibunya sambil menatap sang Ibu lamat. Lalu gadis itu mulai menganggukkan kepala pelan dan membalas genggaman tangan hangat Dahlia.
"Lia... minum..." Ucap Camelia dengan suara yang terdengar sangat serak. Maklum, gadis itu belum memasukkan apapun kedalam mulutnya sejak semalam, bahkan air minum sekalipun karena perasaan shock yang ia alami.
Dahlia membulatkan kedua matanya mendengar suara sang putri, lalu wanita itu segera menarik air dalam gelas kaca bening yang tergeletak diatas nakas samping ranjang perawatan Camelia.
"Ini sayang diminum dulu. Habis itu makan ya. Mama suapin." Dahlia membantu Camelia untuk minum dari gelasnya.
Setelah gadis itu meminum setengah air dari dalam gelas itu dengan susah payah dan terbatuk beberapa kali. Wanita itu mulai mengaduk bubur Camelia dan menyodorkan sendok kearah Camelia yang bibirnya terlihat kering dan terkelupas.
"Aaa~ anak Mama yang pinter."
Camelia mulai memakan buburnya dengan hati-hati dan secara perlahan karena tenggorokannya yang masih terasa sakit juga ia yang sebenarnya tak merasa lapar.
"Makan yang banyak ya, biar Lia cepat sembuh. Cepat balik kerumah. Dan ngumpul bareng keluarga kita yang lain lagi." Dahlia kembali mengarahkan sendok ke belah bibir Camelia sambil tersenyum lembut.
Butuh waktu yang cukup lama bagi kedua wanita itu menyelesaikan aktivitas suap menyuap mereka. Hingga akhirnya bubur dalam mangkuk digenggaman Dahlia benar-benar habis tak tersisa.
"Pinter~ buburnya udah abis sayang. Nih minum dulu."
Camelia menerima uluran segelas air putih dari Dahlia dan menghabiskannya dalam beberapa kali tegukan.
Sebenarnya, gadis itu sedang menahan mual karena menghabiskan seluruh isi dari mangkuk itu. Namun karena ingin menjaga perasaan Dahlia, Camelia mencoba menahan mualnya sambil meremas selimut yang menutupi kedua kakinya.
"Minum dulu obatnya, sayang. Biar cepet sembuh." Dahlia menyodorkan beberapa butir pil kearah Camelia.
Camelia segera membuka mulutnya agar Dahlia dapat dengan mudah memasukan obat itu kedalam mulutnya. Setelah Camelia selesai meminum obatnya, Dahlia segera menyeka bekas lelehan air minum yang mengalir dari sudut bibir gadis itu.
"Bentar ya, Mama cuci dulu bekas makanan kamu." Dahlia mengambil seluruh peralatan makan Camelia yang kotor diatas nakas dan membawanya kearea wastafel untuk segera dibersihkan.
Tok!
Tok!
Tok!
Suara ketukan pintu terdengar dari arah pintu ruang perawatan Camelia yang membuat Camelia menoleh perlahan. Kemudian dari sela-sela pintu yang mulai terbuka itu, secara mengejutkan muncul sosok kepala boneka yang begitu Camelia kenali.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen Fiction[REVISI] Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan...