"Aku gak mau tahu! Pokoknya Daddy harus nyingkirin Camelia buat aku!" Cassie memberontak melemparkan guci kesayangan Laura yang membuat wanita itu memekik terkejut.
"Luna! Itu guci kesayangan Mommy!" Pekiknya kesal dengan tatapan tajam menatap Cassie.
Cassie membalas tatapan Laura tak kalah tajam. Gadis itu terlihat tak takut sama sekali dengan wanita yang berstatus Ibu nya itu.
Laura menahan geraman marah, lalu menyuruh seorang maid yang berada disana untuk membersihkan pecahan guci kesayangannya yang kini tinggal menjadi kenangan baginya.
"Daddy! Daddy harus dengerin kata-kata aku!"
Gerald menghela napas panjang dengan mata tertutup mendengar teriakan sang putri. Pria dewasa itu lalu kembali membuka matanya dan menatap putrinya dengan tatapan lembut.
"Ada apa, sayang? Kenapa kamu tiba-tiba mengamuk seperti ini dan meminta Daddy untuk nyingkirin gadis itu?" Tanya Gerald dengan tatapan meminta penjelasan.
Cassie menggigit bibir bawahnya kesal. Matanya terlihat berkaca-kaca siap menumpahkan tangisan.
"Camelia tahu tentang kejadian malam itu, Dad. Dia ngancem aku bakalan ngasih tau semua orang soal kejadian itu. Dan dia juga ngancem bakal ngaduin aku yang enggak-enggak sama Om Bagas dan Tante Dahlia, Dad. Aku... aku takut, Dad. Aku takut semua orang akan membenciku. Aku juga takut rencana pertunanganku dan Regas akan batal. Daddy tolong bantu Luna." Cassie menangis dan berlari untuk memeluk tubuh Ayah nya.
Gerald yang mendengar ucapan sang putri lantas menampilkan sorot mata tajam dengan tangan terkepal marah,
"Jadi anak sialan itu sudah tahu semuanya dan malah ngancem kamu, sayang?"
Cassie mengangguk terbata-bata dalam pelukan Ayahnya. Gadis itu menangis keras mencari perhatian Ayahnya.
"Kamu tenang aja, sayang. Daddy bakal ngelakuin apapun demi kamu. Daddy akan buat perhitungan sama anak sialan itu! Berani sekali dia mengancam putri kesayangan Daddy. Gak ada seorang yang bisa menyakiti kamu, sayang. Apalagi anak sialan seperti dia!" Gerald mengelus sayang surai Cassie hingga membuat Cassie tersenyum senang dalam pelukan Ayahnya.
"Beneran, Dad? Daddy bakalan ngelakuin itu buat aku?" Tanya Cassie dengan binar dikedua manik matanya.
Gerald tersenyum lebar dan mengangguk.
"Thank you, Daddy! I love you so much!" Cassie memekik senang dan mencium kedua pipi Ayahnya.
"Aku bakal tunggu kabar baik dari Daddy secepatnya!" Ucapnya sebelum berlari meninggalkan kedua orang tuanya menuju lantai dua dimana kamarnya berada.
"Apa kamu gak terlalu memanjakannya, Do? Biarin aja dia nyelesaiin sendiri masalah yang udah dia perbuat." Ucap Laura sambil bersedekap.
Gerald menarik sebelah alisnya keatas, "Maksud kamu apa, Laura? Kamu mau aku membiarkan putri kita menerima ancaman dari anak sialan itu? Apa kamu lupa jika kamu pernah meminta aku untuk menyingkirkannya dari hidup kita? Dan sekarang, disaat dia kembali dan mengancam keberlangsungan rencana yang udah kita susun baik sejak lama, kamu meminta aku membiarkannya begitu saja? Dan membiarkan Luna menghadapinya seorang diri?!" Ucap Gerald dengan tatapan tajam.
Laura balas menatapnya dengan tatapan tajam, "Dia bukan putri kita! Putri kita hanya Leira, Geraldo! Hanya Leira!" Bentak Laura sambil membayangkan wajah putri kecilnya yang kini telah menempati suatu tempat disurga sana.
"Dan aku hanya minta kamu untuk gak memanjakan anak pungut sialan itu! Dia sendiri yang terus berulah dan mencoba menyusahkan kita! Dan kamu terlalu memanjakannya dengan menuruti semua kegilaannya!" Lanjut Laura dengan raut kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionNamanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal k...