41

33.1K 1.9K 35
                                    

Semuanya berjalan dengan baik. Kalula benar-benar merasa diterima sangat baik oleh keluarga Mahawirya sejak ia menginjakkan kakinya dikediaman mereka.

Dahlia dan Bagas memberikannya limpahan kasih sayang yang selama ini hanya dapat Kalula impikan. Adik kembarnya yang lucu dan kadang jahil itu selalu menemaninya dan mewarnai hidupnya yang dulu terasa monokrom. Kakak lelakinya yang terlihat cuek dan tegas namun tetap memperlakukan Kalula dengan baik sejak awal pertemuan mereka, ternyata juga bisa menunjukkan perilaku yang sangat manis terhadapnya.

Dan yang paling terpenting dari semua itu, tentang sosok Kakak perempuan yang menjadi impian Kalula, kini bisa menjadi kenyataan. Camelia, seseorang yang selama ini dikaguminya akhirnya dapat dengan bangga ia sebut sebagai 'Kakak perempuan'nya. Diluar dari 'status asli' Camelia yang baru Kalula ketahui sejak ia menjadi anggota keluarga Mahawirya.

Namun Kalula tak masalah dengan hal itu. Semua orang punya ceritanya masing-masing dalam hidup mereka kan? Seperti Kalula dengan ceritanya dan Camelia dengan ceritanya pula. Bagi Kalula, Camelia itu adalah sosok Kakak perempuan sejati yang cukup beruntung ia temukan dizaman yang maraknya perselisihan antar saudara kandung seperti saat. Anggaplah ia naif. Namun tidak semua orang bisa seberuntung dirinya. Jadi siapapun diri Camelia, Kalula tidak masalah. Camelia tetap akan menjadi Kakak perempuan baginya.

"Ini bekal untuk anak-anak Mama."

Dahlia meletakkan lima buah kotak bekal dengan berbagai bentuk hewan dihadapan kelima anak-anaknya. Wanita itu tersenyum sangat lebar. Perasaan bahagia karena impiannya membuatkan 'seluruh' anak-anaknya bekal untuk mereka bawa kesekolah akhirnya bisa menjadi kenyataan.

"Aku juga?" Tanya Regas dengan kening berkerut dalam.

Dahlia melotot garang pada sang putra sulung.

"Ya, terus kenapa? Kamu gak suka? Gak mau bawa bekal ke sekolah?" Tanyanya sewot.

Regas terdiam dengan wajah kaku, "Aku bisa jajan sendiri aja, Ma." Ucapnya dengan nada pelan.

"Gak ya. Anak-anak Mama gak boleh jajan sembarangan. Bawa aja bekalnya kenapa sih?" Dahlia bersedekap.

"Ya... tapi kenapa kotak bekalnya harus karakter gini sih, Ma? Gak ada yang lain apa? Yang polos aja gitu. Mana ini warnanya pink pula." Regas berdecak keras dan membuat Dahlia semakin melotot hingga memukul lengan atas putra sulungnya itu dengan kuat.

Anak-anaknya yang lain tertawa geli melihat Kakak sulung mereka dengan wajah merana.

"Gak ada bantahan. Pokoknya kalian semua harus bawa bekel ini kesekolah. Terutama kamu Regas! Suka banget sih jajan diluar." Ucap Dahlia tegas.

"Karena aku punya uang, Ma. Ngapain aku susah-susah nyari uang kalo gak diabisin?" Balas Regas dengan bahu mengedik acuh.

"Berani ngejawab ya kamu?!"

"Sudah-sudah. Tidak perlu ribut. Regas, bawa aja bekalnya ke sekolah." Bagas mencoba melerai dan diam-diam memberi kode pada putra sulungnya untuk tidak membantah.

Regas mendengus kecil lalu mengangguk pelan dan mengambil kotak bekal itu.

Dahlia kembali tersenyum cerah pada anak-anaknya yang lain. Mengabaikan Regas seorang diri.

"Bekalnya jangan lupa dimakan ya. Jangan jajan sembarangan kayak Kakak kalian." Ucapnya sambil melirik Regas sekilas. Sekali lagi Regas mendengus.

"Lia juga jangan lupa obatnya diminum. Ini hari pertama kamu kembali bersekolah. Kamu harus lebih hati-hati dan jaga diri dengan baik." Dahlia mengelus lengan Camelia yang tersenyum manis sambil mengangguk kecil.

Sebenarnya Dahlia sangat berat membiarkan putrinya itu kembali bersekolah dan menemui orang-orang yang bisa saja menyakitinya kembali. Namun karena rasa ibanya pada sang anak gadis yang ingin mengikuti sisa kegiatan sekolahnya sebelum libur semester dimulai, akhirnya Dahlia mengalah dan mengabulkan harapan kecil Camelia itu. Lagipula sekarang kondisi Camelia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

CAMELIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang