"Non Lia mau ngapain?"
Seorang maid bertanya dan mendekati Camelia yang terlihat sibuk di dapur sambil memegang sebuah panci.
Gadis itu lantas menoleh dan tersenyum lebar menatap sang maid.
"Saya mau buat pudding, Mbak." Jawab Camelia sambil mengangkat bungkusan pudding dihadapannya.
"Loh, kenapa gak minta bantuan saya atau yang lain aja buat bikinin puddingnya, Non? Siniin puddingnya biar saya buatin." Sang maid mencoba mengambil bungkusan pudding itu dari tangan Camelia. Namun Camelia mencoba melindunginya.
"Gak pa-pa, Mbak. Saya emang mau buat puddingnya sendiri untuk orang rumah. Gak usah dibantuin. Saya tau kok cara masak pudding kayak gini." Ucap Camelia.
"Beneran, Non? Non Lia bisa buat puddingnya sendiri?" Tanya sang maid skeptis. Namun melihat Camelia yang mengangguk mantap membuat maid itu menghela napas pasrah dan mengangguk paham.
"Yasudah, kalo gitu. Kalo ada apa-apa segera cari bantuan ya Non." ucap Maid itu.
"Iya."
"Saya keluar bentar ya Non. Mau ke supermarket buat nyari bahan stok dapur." Pamit maid itu kepada Camelia yang segera mengangguk.
"Oh iya, Non. Nanti bakalan ada yang nganterin air kesini. Kalo orangnya udah dateng, entar suruh pasangin galon ke wadahnya aja ya, Non." Pesan sang maid.
"Oh oke, Mbak."
Sang maid segera berlalu meninggalkan dapur dan Camelia mulai mengerjakan tugasnya menuangkan air kedalam panci lalu memasukkan bubuk pudding untuk diaduk secara bersamaan sebelum diletakkan diatas kompor listrik yang mereka miliki.
"Eum... stok stroberi masih ada gak ya?" Monolog Camelia sambil berjalan mendekati kulkas dan mencari buah yang ia inginkan.
"Ah! Masih ada sekotak." Ucap Camelia dengan raut bahagia.
Camelia lantas segera membawa buah itu ketempat pencucian. Kemudian mulai memotong-motong buah stroberi yang akan menjadi topping untuk pudding buatannya.
Selesai memotong-motong buah berwarna merah itu, tangan Camelia bergerak mengaduk isian panci. Menunggunya hingga matang dengan penuh kesabaran.
"Permisi. Saya mau nganter air, Neng." Suara berat seorang pria dewasa terdengar diindera pendengaran Camelia bersamaan dengan matangnya pudding yang ia masak.
"Iya, Pak. Bawa aja kedalem dan tolong pasangin ke wadahnya ya, Pak." Ucap Camelia tanpa menoleh dan mengangkat panci panas itu dari atas kompor sambil terus mengaduk isiannya.
"Iya, Neng." Sang pria yang berdiri dipintu samping dapur mengangguk patuh lalu mengangkat dua buah galon secara bersamaan kedalam dan memasang salah satunya pda wadahnya.
"Air nya udah dibayar gak, Pak..." Camelia menoleh untuk melihat pria pengantar air galon itu, namun suaranya lantas tercekat dengan mata yang terlihat bergetar ketakutan saat netranya mengenali siluet wajah pria berbadan besar disana.
"Oh udah, Neng. Udah dibayar sama yang pesen tadi." Pria bertopi itu mengerutkan keningnya saat melihat gadis cantik yang ia tebak sebagai pemilik rumah itu terdiam dengan raut ketakutan.
Awalnya pria itu merasa kebingungan dengan apa yang membuat gadis itu menjadi terdiam dan terlihat ketakutan. Namun saat melihat struktur wajah Camelia secara jelas, perlahan-lahan memorinya menarik kenangan dimasa lalu dan membuat kedua sudut bibirnya tertarik keatas. Menyeringai lebar dengan tatapan tertarik.
"Camelia?"
"K-kamu! Ngapain kamu disini?!" Secara tak sadar Camelia membentak pria itu dan bergerak mundur. Memojokkan tubuhnya mencari perlindungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionNamanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal k...