"Regas?"
Camelia melangkah mendekati pria muda yang berdiri tegap dipinggiran kolam renang pada kediaman mereka.
Regas menoleh mendengar suara gadis itu. Bibirnya melengkungkan senyuman simpul menyambut kedatangannya.
"Ngapain lo disini malem-malem?" Tanya Camelia memperhatikan wajah Regas ditemaramnya cahaya.
Regas kembali menatap kedepan, "Nyari angin." Balasnya singkat.
"Oh." Camelia merapatkan kedua lengannya saat merasakan hembusan angin malam yang membelai kulit lengannya yang terbuka.
Regas menyadari tindakan kecil Camelia lalu menarik lengan gadis itu agar lebih merapat padanya dan menghalau udara dingin dengan memeluk tubuhnya menggunakan sebelah tangan.
"Kenapa belum tidur?" Tanya Regas dengan suara beratnya yang membuat Camelia mendongak.
"Gak bisa tidur. Tadi gue turun mau ambil susu didapur tapi malah ngelihat lo disini." Balas Camelia sambil menunjuk Regas.
Regas menatap lurus tangan Camelia yang terbalut perban. Mengambil tangan gadis itu dan mengelusnya dengan lembut.
"Masih sakit?"
Camelia ikut menatap tangannya dalam genggaman Regas. Lalu menggeleng kecil sambil tersenyum.
"Enggak sakit. Perih dikit doang."
"Kenapa bisa jatuhin pancinya? Gue tau lo bukan orang yang ceroboh." Tanya Regas yang membuat Camelia membeku.
Gadis itu bergerak gelisah sambil mengulum bibirnya. Regas mengerutkan kening curiga melihat gelagat aneh Camelia.
"Engg... E-emangnya kalo gue bukan orang yang ceroboh gak bakal ngelakuin hal kayak gitu seumur hidup gue? Gue juga manusia kali, Gas." Balas Camelia terlalu nyolot dengan lirikan mata tak tenang yang membuat Regas mengangkat kedua alisnya.
"Lo gak lagi bohong, Camelia?" Tanya Regas dengan tatapan lekat.
Camelia menggeleng cepat karena gugup, "Enggak! Kenapa gue harus bohong?!"
Regas diam. Menatap gadis itu dalam diamnya. Mecoba menilik gadis itu secara dalam. Lalu menghela napas pelan.
"Lain kali lo harus lebih hati-hati." Ucapnya sambil mengecup punggung tangan Camelia diatas perbannya.
Refleks Camelia mengerutkan hidung dengan wajah memanas dan memerah. Padahal saat itu suhu udara disekitar mereka terasa cukup dingin, tapi entah mengapa suhu tubuh Camelia justru terasa memanas. Apalagi dibagian wajahnya.
"Regas?"
"Hm?"
Pria muda itu sibuk mengelus punggung tangan Camelia sambil menempatkan dagunya disisi kanan kepala Camelia.
"Soal tadi diruang makan... L-lo beneran mau dijodohin sama anak kolega Papa?" Tanya Camelia yang membuat gerakkan tangan Regas terhenti.
Regas terdiam cukup lama sebelum terdengar menghela napas pelan dan menjawab pertanyaan Camelia yang membuat gadis itu gugup sekaligus penasaran menunggu jawabannya.
"Hm... Bener. Gue bakalan dijodohin sama anak kolega Papa."
Camelia mendongak dan melihat pria muda itu tersenyum hangat menatapnya. Camelia lantas membuang wajahnya kedepan dengan pikiran berkecamuk.
Kenapa Camelia jadi merasa kesal mendengar jawaban Regas?
"I-itu... Lo beneran nerima perjodohan ini karena lo emang mau sama dia? Lo gak kepaksa kan, Gas? Kalo lo emang kepaksa bilang aja! Gue bisa bantu lo buat ngomong sama Papa." Ucap Camelia terdengar seakan memaksa Regas untuk segera memberitahu apa yang pria muda itu rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionNamanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal k...