34

47.3K 2.9K 139
                                    

Camelia tersentak pelan. Kiel yang saat itu datang menjenguknya, secara tiba-tiba menarik telapak tangannya yang berada diatas pangkuan dan menggenggamnya dengan erat.

Perasaan risih menjalar dalam diri Camelia. Entah mengapa Camelia merasa tak suka dengan sentuhan ini. Namun sayang, saat gadis itu berusaha untuk melepaskan genggaman mereka, Kiel malah semakin mengeratkan genggamannya.

"Aku senang kamu udah sadar, Lia. Aku bener-bener ke siksa waktu ngelihat keadaan kamu malam itu. Maafin aku yang gak ada disamping kamu saat itu, Ya. Aku bener-bener ngerasa bersalah." Kiel meremas telapak tangan Camelia dan menatap gadis itu dengan tatapan bersalah.

Camelia mengerjab cepat mendengar ucapan Kiel, serta merasa aneh dengan pria muda itu yang tiba-tiba mengganti panggilan diantara mereka yang dulunya 'gue-lo' menjadi 'aku-kamu'.

"G-gue gak apa-apa... Lo gak perlu ngerasa bersalah. Bukan salah lo, Kie." Balas Camelia dengan senyuman yang terlihat dipaksakan.

Kiel ikut tersenyum dengan lebar menatap Camelia. Secara tak terduga pria muda itu kembali membuat Camelia terkejut dengan perlakuannya yang mengelus sebelah pipi Camelia dengan tangannya yang bebas.

"Aku tahu kamu emang gadis yang kuat. Makasih udah bertahan, Ya. Aku gak tahu gimana jadinya kalo harus kehilangan kamu malam itu. Aku takut, Ya." Kiel menatap mata Camelia dengan tatapan yang dalam.

Camelia kembali mengerjab dan mengalihkan tatapannya kearah lain karena merasa risih dengan perlakuan pria muda itu.

"Ngapain lo disini?"

Camelia tersentak kaget mendengar suara itu. Lalu kembali terkejut saat melihat kehadiran Regas yang secara mengejutkan telah berdiri di ujung ranjang perawatannya dengan sorot mata tajam mengarah pada Kiel.

Kiel yang saat itu juga ikut terkejut dengan kehadiran Regas didalam ruangan perawatan Camelia, lantas mengalihkan tatapannya kepada sang sahabat dan mulai tersenyum.

"Oh, Hai, Gas. Gue jengukin Lia lah, Gas. Emangnya mau ngapain lagi?" Balas Kiel dengan senyuman lebar seolah tak merasa risih dengan tatapan yang diarahkan Regas padanya.

"Siapa yang ngizinin lo buat jengukin Lia?" Tanya Regas semakin terlihat tak bersahabat. Pasalnya yang Regas ketahui, Bagas dan Dahlia melarang teman-teman prianya untuk datang menjenguk Camelia setelah melihat bagaimana respon gadis itu yang masih terlihat tak nyaman dengan mereka.

Kedua orang tuanya meyakini jika Camelia merasa trauma dan takut dengan pandangan orang-orang terhadapnya atas kejadian yang telah menimpahnya dihari itu.

"Nyokap lo lah, Gas."

"Nyokap gue?... Beneran nyokap gue yang ngizinin?" Regas mengerutkan keningnya ragu.

"Ya iyalah, Gas. Kenapa sih? Kok lo kelihatan gak suka gue ada disini?" Balas Kiel dengan kening berkerut menatap Regas. Mulai merasakan keanehan dari gelagat yang sahabatnya itu arahkan padanya.

Regas terdiam ditempatnya, lalu memilih mengalihkan tatapannya pada genggaman tangan keduanya diatas selimut dengan raut wajah dingin.

Camelia yang menyadari arah tatapan Regas, lantas segera menarik tangannya dari genggaman Kiel dan mengalihkan tatapannya sambil menelan ludah pelan.

Suara helaan napas pelan terdengar dari belah bibir Regas sebelum pria muda itu kembali mengeluarkan suara.

"Jam besuk bentar lagi bakalan selesai. Lo boleh pergi sekarang." Ucap Regas.

Kiel mengerutkan keningnya ragu, lalu menatap jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya.

"Lo beneran gak suka gue ada disini ya, Gas? Jam besuk masih sekitar dua jam-an lagi selesai. Kenapa lo nyuruh gue pergi sekarang? Lo gak suka gue jengukin Lia?" Tanya Kiel dengan sorot mata mulai tak bersahabat.

CAMELIA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang