Camelia melompat-lompat kecil didepan gerbang kediaman Naura yang sudah sebulan belakangan ini selalu dikunjunginya untuk mencari informasi tentang keberadaan gadis itu.
Namun sayangnya usaha Camelia untuk terus menunggunya disana setiap pulang sekolah, selalu berakhir sia-sia.
Naura dan keluarganya tak pernah pulang dikediaman mereka. Dan Camelia tak bisa melacak keberadaan keluarga gadis itu.
"Gimana ini? Naura pergi kemana? Apa yang udah dilakuin Cassie dan Diandra sama Naura? Apa dia baik-baik aja sekarang?" Camelia menggigit bibir bawahnya sambil mengintip kediaman Naura dari cela gerbang.
"Gue harap Naura bakal baik-baik aja dimanapun dia berada saat ini." Monolog Camelia dengan wajah khawatir.
Camelia menghela napas gusar lalu berjongkok didepan gerbang itu. Jemarinya bergerak abstrak diatas tanah memikirkan kondisi Naura yang entah berada dimana saat ini.
"Camelia?"
Deg!
Camelia mengangkat wajahnya patah-patah mendengar suara yang dulu sangat familiar ditelinganya.
"Hai, Camelia. Kita bertemu lagi." Senyuman mengerikan yang ditampilkan Om Rama menyambut indera penglihatan Camelia yang lantas beranjak dari tempatnya dengan raut tak menentu. Takut, trauma, dan marah.
"O-om?... Ngapain Om disini?!" Bentak Camelia kasar, kakinya bergerak mundur menghindari pria yang dianggapnya sangat berbahaya itu.
Om Rama tersenyum semakin lebar menatap sorot ketakutan Camelia. Sebuah kesenangan baginya melihat wajah cantik itu melemah karenanya.
"Om disini mau bertemu kamu. Kamu gak kangen sama Om? Dulu Om teman bermain kamu bersama teman-teman Om kan?" Pria dewasa itu tertawa keras dihadapan Camelia.
"O-om... gimana Om bisa tahu aku ada disini?" Kaki Camelia terasa lemas saat dirinya terpojok di gerbang kediaman Naura.
Om Rama tersenyum miring, "Om udah mantau kamu sejak pertemuan kita waktu itu, sayang. Kamu senangkan Om kembali buat kamu?" Ucapnya.
"Pergi! Pergi sekarang juga dari hadapanku!" Bentak Camelia saat melihat Om Rama mencoba menyentuhnya.
"Jangan berani menyentuhku! Pergi, sialan! Pergi!"
"Oh? Kamu berani mengatai Om, sialan, hm? Kamu mulai nakal yah sekarang." Om Rama tersenyum semakin lebar.
"Pergi!" Tubuh Camelia bergetar ketakutan. Camelia tak bisa mengenyahkan kenangan buruk dari masa lalunya saat kembali bertatap muka dengan pria dihadapannya itu.
"Camelia?"
Camelia yang saat itu tengah bermain sendirian dibawah rumah pohon panti asuhan, mendongak saat mendengar suara seseorang yang dikenalnya.
"Iya, Om?"
"Sini, Nak. Camelia mau coklat dari Om gak?" Ucap Om Rama. Seorang pria yang selama ini bekerja membantu mengurus keperluan panti asuhan tempat Camelia kini bernaung. Om Rama juga merangkap sebagai pekerja kebun yang dimiliki panti asuhan itu.
Camelia mengerjabkan matanya cepat. Coklat? Camelia akan diberi coklat? Apa coklat itu rasanya akan sama dengan coklat pemberian Leira?
Camelia tersenyum lebar. Matanya berbinar senang membayangkan rasa coklat yang pernah Leira berikan padanya. Kaki kecilnya bergerak cepat mendekati Om Rama yang sudah menunggunya dengan senyuman licik.
"Coklat?"
Om Rama mengangguk cepat. Lalu pria itu berjongkok dihadapan Camelia dan menatap wajah cantik gadis berumur 7 tahun itu. Wajah yang mampu membuat hasratnya selalu naik, mengalahkan hasratnya pada gadis-gadis kecil lainnya dipanti asuhan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionNamanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal k...