Ringisan pelan terdengar dari belah bibir Camelia ketika Kalula selesai menempelkan beberapa plester luka pada lutut gadis itu yang terluka.
"Selesai." Ucap Kalula sambil tersenyum hangat pada Camelia.
"Makasih." Balas Camelia pelan sambil melirik kedua lututnya yang telah terobati dengan baik.
"Makasih juga buat udah nolongin gue tadi, La." Lanjutnya dengan senyuman kecil menatap Kalula.
Kalula mengangguk pelan, "Iya, Kak. Udah tugas Kalula buat nolongin orang yang lagi dalam bahaya." Balasnya.
"Tapi tadi lo hampir ketabrak juga. Tangan lo juga jadi lecet. Gue berterimakasih dan ngerasa bersalah banget sama lo." Camelia menatap telapak tangan Kalula yang terdapat sebuah plester. Kalula ikut menatap telapak tangannya sebelum kembali menatap Camelia dan tersenyum menenangkan.
"Gak pa-pa, Kak. Kakak gak usah khawatirin Lula. Luka macem gini udah biasa bagi Lula, jadi Kakak tenang aja." Balas Kalula yang membuat Camelia meringis pelan.
Gadis ini terlalu baik untuk ia sakiti. Camelia jadi merutuki dirinya sendiri di masa lalu yang begitu jahat melukai Kalula berkali-kali bahkan hampir menghilangkan nyawa gadis itu.
Regas menghembuskan napas panjang dan berdecak kasar, "Makanya lain kali, kalo lo lagi jalan liat-liat situasi dulu. Jangan asal nyelonong aja. Lihat kan apa yang udah lo perbuat karena kebodohan lo itu? Lo hampir aja nyelakain orang lain yang gak bersalah." Ucap Regas dengan tatapan tajam mengarah pada Camelia, lalu menatap sendu pada Kalula.
"Lo benaran gak pa-pa kan?" Tanya Regas pada Kalula.
Kalula tersentak pelan sebelum mengangguk cepat sebagai jawaban.
"Iya gak pa-pa, Kak. Kak Regas jangan salahin Kak Camelia. Musibah itu gak ada yang tau dan bisa terjadi kapan aja. Harusnya Kakak khawatirin pacar Kakak bukannya malah marahin pacar Kakak kayak gitu. Kasihan kan Kak Camelia nya." Ucap Kalula menasehati Regas yang lantas membuat pria muda itu menampakkan raut aneh.
Camelia memelototkan matanya sebelum berdehem pelan.
"Eum, Kakak bukan pacar Regas, La. Kita berdua ini Kakak beradik." Jelas Camelia yang membuat Kalula membolakan matanya terkejut.
"Eh? Emang iya?" Tanya Kalula menatap Camelia dan Regas secara bergantian.
"Maaf, Kak. Lula pikir kalian pacaran. Ternyata saudaraan ya? Hehehe wajah kalian gak mirip sih jadi Lula salah sangka." Lanjut Kalula sambil menggaruk pelipisnya pelan.
"Eh, kalo kalian saudaraan kok bisa seangkatan ya?" Timpal Kalula lagi dengan kening berkerut dalam.
Camelia lantas menelan ludahnya pelan mendengar pertanyaan Kalula. Gadis itu lalu melirik singkat pada Regas yang duduk dengan tenang di kursinya dengan wajah malas tanpa berniat menjawab pertanyaan Kalula. Sepertinya Regas enggan mengakui Camelia sebagai adiknya.
"A-anu, k-kami—"
"Ah! Kalian pasti kembar ya? Kembar gak identik gitu? Kalula juga dulu pernah punya temen sekelas kayak kalian. Kalula juga sempet salah paham sama kedekatan mereka. Eh ternyata mereka kembar gak identik." Serga Kalula cepat sebelum Camelia sempat memberikan alasannya.
Camelia menghembuskan napas lega mendengar ucapan Kalula. Biarlah untuk saat ini gadis itu mengetahui statusnya dan Regas sebagai anak kembar, seperti orang yang mengenal mereka saat ini. Lagian, lambat laun gadis itu toh juga akan mengetahui siapa Camelia dengan sendirinya, saat nanti Kalula telah berkumpul kembali dengan keluarga aslinya.
"Kamu kerja disini?" Tanya Regas tiba-tiba saat memerhatikan seragam yang Kalula gunakan.
Kalula menunduk singkat untuk melihat seragamnya, lalu gadis itu mengangguk menatap Regas dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionNamanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal k...