"Senang?"
Camelia menoleh dari memandangi langit yang sudah mulai menggelap setelah matahari benar-benar tenggelam diperaduan. Matanya menangkap sosok Regas yang ikut menatapnya sambil duduk di ayunan yang sama persis seperti ayunan yang ia duduki.
Jika ada yang bertanya Regas membawanya kemana. Maka Camelia akan menjawab, taman kompleks perumahan mereka.
Apa Camelia kecewa?
Tentu saja tidak. Justru Camelia merasa sangat senang karena pria muda itu mau mengajaknya keluar dari rumah mereka dan menikmati pemandangan alam setelah lama tak menikmati suasana seperti itu, walau hanya disekitaran taman kompleks perumahan mereka saja.
Maka dari itu Camelia mengangguk antusias menjawab pertanyaan Regas sambil menggerakkan kedua kakinya untuk mengayun ayunan miliknya dengan gerakan pelan.
Regas turun dari ayunan yang ia duduki, lalu bergerak perlahan ke belakang ayunan Camelia dan mendorong ayunan sang gadis agar kaki gadis itu tak lelah karena terus bergerak.
"Makasih, Gas."
"Hm? Cuma ngayun gini doang gak perlu bilang makasih."
"Bukan itu."
Regas menarik kedua alisnya keatas, penasaran dengan lanjutan ucapan Camelia.
Sebuah helaan napas panjang terdengar dari belah bibir plumpy gadis cantik itu. Lalu sebuah senyuman cantik terbit disana meski Regas tak dapat melihatnya.
"Makasih karena udah ngebuktiin kalo lo bener-bener mau berubah buat gue."
Gerakan tangan Regas yang mendorong ayunan Camelia berhenti diudara.
Camelia turut menghentikan laju ayunannya dan menoleh kebelakang untuk menatap pria tampan itu.
"Gue tahu ini bakalan kedengeran alay banget. Tapi kalo boleh jujur gue beneran seneng lo mau deket sama gue lagi. Gue bahagia banget. Karena gue udah nungguin momen kayak gini tuh udah dari lama tahu gak. Tapi gak pernah kesampaian karena lo jahatin gue mulu kerjaannya." Ucap Camelia dengan santai sambil tersenyum manis menatap Regas yang masih terpengkur diam ditempatnya.
"Lo mungkin lupa. Tapi kita berdua pernah ada di momen kayak gini dulu. Gue sendiri juga sampet lupa saking kelamaan berantemnya bareng lo. Tapi untung aja gue bisa inget lagi memori lama itu." Camelia terkekeh pelan sambil mengayunkan kembali ayunannya menggunakan kedua kakinya sendiri.
Ya, momen seperti ini dulu pernah Camelia rasakan bersama pria muda dibelakangnya. Tapi saat itu mereka berdua masih sangat kecil dan belum bermusuhan seperti saat keduanya beranjak remaja. Camelia sendiri juga tak tahu alasan apa yang membuat Regas sangat membencinya. Padahal dulu Regas begitu baik padanya. Sebelum menjadi anggota keluarga Mahawirya, pria muda itu selalu mengunjunginya di panti asuhan setelah mereka tak sengaja saling mengenal dibawah rumah pohon saat keluarga pria itu melakukan aktivitas kemausiaan dipanti asuhan yang dulunya menjadi tempat Camelia bernaung.
Karena itu Camelia begitu senang saat mendapat kabar dari kepala panti bahwa pasangan suami istri Mahawirya ingin mengadopsinya sebagai anak mereka. Itu tandanya ia akan terus bersama Regas kan? Mereka bisa bermain bersama dari pagi sampai malam.
Tapi sejak Camelia menginjakkan kakinya dikediaman mereka dan menjadi anggota sah keluarga Mahawirya, Regas malah terlihat tak menyukainya dan menolak keberadaan Camelia sebagai salah satu anggota keluarga Mahawirya. Tiba-tiba saja pria itu menjadi sangat membencinya dan terus berusaha melukai Camelia hingga Camelia merasa sangat tertekan dan muak. Karena itu Camelia mulai membalas semua perbuatan jahat Regas dengan sama jahatnya.
Camelia tersentak ketika ayunan yang ia gunakan terasa berputar lalu menghadap Regas yang menyerangnya dengan sebuah pelukan erat.
Saking eratnya dada Camelia sampai terasa sesak namun ia tak dapat melakukan apapun karena pria itu tak mau melepaskan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen Fiction[REVISI] Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan...