Camelia keluar dari salah satu bilik toilet sekolah sambil merapihkan bagian kemejanya yang terlihat kusut. Perlahan gadis itu melangkah mendekati cermin besar yang ada disana dan merapihkan helaian surai hitam panjangnya yang terlihat berantakan setelah mengikuti pelajaran di dalam kelas selama 4 jam.
Ceklek!
"... lo denger itu nggak? Gue sih denger ya."
"Gue juga!"
Suara obrolan dari beberapa orang siswi terdengar ketika pintu toilet itu terbuka dari luar.
Camelia mengangkat wajahnya yang menunduk setelah membersihkan kedua telapak tangannya dan melihat dari arah pantulan cermin, bahwa ada tiga orang siswi dengan lambang tag kelas 11 yang berjalan masuk ke dalam toilet.
Suara terkesiap terdengar dari belah bibir gadis-gadis itu saat mereka menyadari keberadaan Camelia di dalam toilet sekolah. Spontan ketiganya bergerak mundur dengan kepala yang tertunduk, takut menatap wajah Camelia.
Camelia menghembuskan napas lelah saat melihat respon mereka. Ia lalu berbalik dan menatap ketiga gadis di depan pintu toilet itu dengan sebelah alis terangkat.
"M-maaf, Kak. K-kami cuma mau numpang buang air kecil." Cicit salah seorang dari ketiga gadis itu yang menguncir tinggi rambutnya.
Terlihat sangat jelas jika mereka takut dengan keberadaan Camelia disana, sehingga harus saling berpegangan tangan satu sama lain dengan kaki gemetar.
Hey, siapa yang tidak akan merasa ketakutan saat bertemu dengan ratu bully di sekolah mereka? Apalagi ratu bully mereka itu terkenal sangat kejam dan suka mengganggu orang-orang yang bahkan tidak mencari masalah dengannya.
"Kenapa lo minta maaf sama gue? Ngapain juga lo pamitan sama gue buat buang air kecil? Emang muka gue kelihatan kayak penjaga toilet gitu?" Tanya Camelia dengan bibir mencebik.
Spontan gadis yang sempat melontarkan kalimat dihadapan Camelia itu menoleh kearah Camelia dengan wajah gelagapan, lalu gadis itu melirik teman-temannya untuk meminta pertolongan.
"B-bukan gitu, Kak... anu... a-aku cuma itu..." Gadis itu terlihat semakin gelagapan bahkan dengan mata yang kini terlihat berkaca-kaca.
Teman-teman gadis itu terlihat mengelus lengan sang gadis, seperti sedang menyalurkan kekuatan mereka.
Camelia bersedekap dan menatap gadis-gadis itu serta bilik toilet secara bergantian. Kemudian suara helaan napas pelan terdengar darinya.
"Yaudah, sana gih masuk ke bilik. Kalo kalian kelamaan berdiri disitu entar kalian malah ngompol." Ucap Camelia.
"E-eh?! Uh?"
"Mau masuk apa engga nih? Gue hitung ampe tiga. Satu.... Dua... ti—"
Ketiga gadis itu sontak berlari terbirit-birit mencari bilik yang kosong. Bahkan sampai ada yang membuka bilik yang didalamnya terdapat gadis lain hingga gadis itu memekik marah.
Camelia sontak tertawa geli melihat kelakuan absurd dari gadis-gadis itu.
Huh~ ada-ada saja.
***
Camelia melangkah dengan ringan menyusuri lorong terbuka yang menyambungkan antara gedung satu ke gedung lain di sekolah itu.
Ia baru saja hendak berbelok kearah kanan, dimana kelasnya berada di ruangan kedua ujung koridor, saat dengan tak sengaja Camelia mendengar grasak grusuk dan suara tawa yang berasal dari sudut bangunan.
Camelia berhenti melangkah. Dengan kening berkerut, gadis itu menoleh kearah suara-suara itu berasal.
"... Hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen Fiction[REVISI] Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan...