Seminggu telah berlalu semenjak kejadian yang terjadi diruang perawatan Camelia.
Semenjak itu pula Regas dan Kiel terlihat saling menghunuskan tatapan penuh permusuhan diantara keduanya sehingga membuat seluruh teman mereka mulai menaruh kecurigaan.
"Kalian ngerasa aneh gak sih sama Regas dan Kiel? Mereka kok kelihatan kek lagi marahan gitu ya? Muka mereka kelihatan asem bener kalo lagi papasan. Apalagi kalo kita mau ngumpul kek gini, salah satunya pasti bakalan kabur." Celetuk Bayu sambil mencomot pocky dari dalam bungkusan dan memasukannya ke dalam mulut.
"Mareka lagi ada masalah kali." Sahut Raden dengan kening berkerut samar dan tangan yang ikut mengambil pocky milik Bayu.
Bayu memukul tangan Raden dan memelototinya karena ikut memakan pocky miliknya.
"Masalah apaan? Kok kita bertiga gak ada yang tau masalah mereka? Biasanya juga kita gak bakalan nyembunyiin masalah apapun dari yang lain." Timpal Dafrin sambil bersedekap diatas sofa yang tersedia diruangan khusus untuk para kelima anggota osis itu.
"Bener juga. Kok kita bertiga gak ada yang tau masalah mereka ya? Emang segede apa sih masalah mereka, sampe Regas dan Kiel segitunya kalo ngelihat satu sama lain?" Balas Bayu keheranan.
Raden mendengus pelan, lalu merebahkan kepalanya pada sandaran sofa dengan kedua tangan yang terlipat dibelakang kepala.
"Gak semua urusan mereka bisa kita ikut campurin. Kita berlima emang sahabatan dari lama, tapi bukan berarti hal itu ngebuat kita gak bisa punya privacy hidup masing-masing." Sahutnya.
Bayu dan Dafrin saling melirik dan mengangguk kecil mendengar ucapan Raden.
"Lo bener sih, Den. Tapi, kalo kayak gini gimana kita bisa akurin mereka lagi? Lo tau sendirikan gimana sifat mereka berdua? Yang satu keras kepala dan gak mau ngalah. Yang satu lagi sulit ketebak dan gak mau ngampunin siapapun yang udah gangguin dia." Ucap Dafrin.
"Dua-duanya udah nyeremin, ketambahan gak akur lagi bisa brabe. Apalagi kita masih nanganin kasus yang udah nimpah Lula dan Lia." Timpal Bayu.
"Nah, bener. Mereka berdua punya peran penting disini. Masalah sekecil apapun yang gangguin mereka bisa ngebuat semuanya kacau. Termasuk kasus yang dialamin Lula dan Lia. Walaupun kasus itu udah sedikit nemuin titik terang, tapi kalo mereka gak akur kayak gini bisa-bisa mereka gak bakalan bisa fokus sama tujuan utama kita." Ucap Dafrin dengan raut serius menatap kedua temannya.
Raden melirik kedua temannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kalian berdua tenang aja. Regas dan Kiel gak bakalan bikin masalah ini semakin besar. Mereka berdua gak sebodo itu untuk ngebuat apa yang udah mereka rencanain jadi kacau. Ya, kecuali salah satunya emang udah muak dan gak saling ngebutuhin lagi. Mereka pasti tau apa yang harus mereka lakuin saat ini." Ucapnya dengan senyuman miring penuh arti.
Pria muda itu lantas menghela napas pelan seraya berdiri dari sofa yang ia duduki dan menarik jaketnya dari lengan sofa.
"Gue balik ke kelas duluan." Ucap Raden berpamitan kepada Bayu dan Dafrin yang mengangkat sebelah tangan mereka membiarkannya pergi.
"Gue juga balik ya, Bay. Mau nemuin Lula bentar." Dafrin tersenyum cerah sambil menarik bungkusan pocky milik Bayu dan memakannya hingga sang sahabat berdecak kesal.
"Anj!" Maki Bayu tertahan. Pria muda itu melirik bungkusan pockynya yang telah kosong melompong.
"Shibal!" Ucapnya menirukan umpatan khas negeri ginseng yang sering ia dengar dari sang kakak ketika ia membuat keributan.
Lantas Bayu berdiri dari sofa yang ia duduki karena merasa tak ada gunanya lagi ia berada diruangan itu.
Bunyi gemertak suara benda yang tak sengaja terinjak dibawah kakinya membuat langkah pria muda itu terhenti. Dengan kening berkerut, Bayu membungkuk untuk mengambil benda kecil berwarna hitam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMELIA [END]
Teen FictionNamanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka, gadis cantik dengan hati lembut itu harus berakhir tragis dalam sebuah insiden kecelakaan tunggal k...