Sebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya.
Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...
"Gak jadi. Gak mood. Tapi ujung-ujungnya nitip", sindir Wangga yang tiba-tiba langsung masuk ke dalam kamar Gita lalu meletakkan matcha latte pesanan Gita ke atas meja.
"Kalo masuk kamar orang, ketok dulu bisa gak sih?", omel Gita sambil melempar boneka kura-kura miliknya ke arah Wangga
Wangga sama sekali tak marah ia malah gemas melihat tingkah adiknya itu. "Bukannya ngucapin terima kasih. Malah ngajak berantem ni bocah", ujarnya yang kemudian memiting kuat leher Gita.
"Akhh!!! Bang!! Ampuun!!!"
Gita berusaha melepaskan jepitan lengan Wangga di lehernya tapi lelaki itu malah semakin erat memiting lehernya.
"Bang ampun! Sakit tau!!!"
Begitu mendengar nada Gita yang memohon Wangga langsung melepaskan pitingannya.
"Makanya jangan cari gara-gara"
Gita berdecih pelan lalu matanya menyipit menatap Wangga. "Lu yang cari gara-gara duluan Bang!"
Wangga berkacak pinggang menatap Gita. "Apa? Coba ngomong sekali lagi?"
"LU YANG CARI GARA-GARA!!!", ucap Gita dengan suara yang keras
"Owh!!", ujar Wangga seraya mengangguk-anggukan kepalanya. "Sejak kapan udah berani lu gue - lu gue ke abang? Hah?"
"Sejak lo jadi manusia posesif", ujar Gita kesal
Wangga diam-diam hanya tersenyum lalu memeluk erat adik kesayangannya itu.
"Ihhh lepasin! Gue ngga bisa napas!!"
Wangga tidak melepaskan pelukannya. Ia malah semakin mengeratkan pelukannya pada Gita.
"Bang! Aku ngga bisa napas!!!!!", pekik Gita jengkel sambil memukul-mukul Wangga agar segera melepaskan pelukannya.
"Kalo aku mati, ntar kamu nangisin aku tujuh hari tujuh malam!!!"
Wangga tertawa keras sambil melepas pelukan eratnya. "Kok tau sih?", godanya seraya menaik turunkan alisnya.
Gita memanyunkan bibirnya kesal seraya mencubit perut Wangga lalu mengambil matcha latte di mejanya dan berjalan kembali menuju kasur.
"Tumben banget kamu donor darah tadi?", celetuk Gita sambil menyesap matcha lattenya
Wangga berjalan gontai menuju kasur milik Gita lalu ikut duduk di samping gadis itu. "Tadi ada pasien yang tiba-tiba butuh golongan darah AB".
Gita hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil terus menyesap minumannya tanpa merespon lebih lanjut.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kabar kak Alca gimana ya sekarang?", tanya Gita yang tiba-tiba kepikiran hal itu.
Gita melirik sekilas Wangga yang duduk di sampingnya. Tanpa ba-bi-bu ia langsung menendang Wangga hingga lelaki itu jatuh dari atas kasur miliknya.